PENULIS: Raden Muhammad Fajri Al Hasan dan Sulis Setia Ningsih
EDITOR: Wa Ode Zainab Zilullah T
Pada masa keemasan Islam, banyak ilmuwan ‘polymath’yang memberikan kontribusi, baik dalam teori maupun praktik, di berbagai disiplin ilmu seperti sains, matematika, astronomi, kedokteran, teknologi, filsafat, dan lain sebagainya. Salah satu pencapaian terkenal adalah ‘Algoritma’ yang diciptakan oleh Al-Khawarizmi, yang kini menjadi dasar dalam teknologi yang kita gunakan sehari-hari.
Dengan nama asli Muhammad Ibn Musa dan gelar kehormatan Abu Ja’far, dia juga dikenal dengan laqab Al-Khawarizmi. Dia lahir di suatu kota terpencil di dekat Sungai Oxus, yang terletak di wilayah Khwarezmia. “Khwarezm” adalah nama yang merujuk pada beberapa daerah yang berpusat di delta Sungai Amu Darya di Laut Aral, melibatkan wilayah Iran Raya (sekarang Uzbekistan).[1] Dia wafat di Baghdad pada tahun 850 M (250 H), pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, khususnya selama kepemimpinan Khalifah Al-Makmun.[2]
Al-Khawarizmi adalah seorang ahli matematika yang terampil dan memiliki keahlian dalam bidang astronomi, geografi, serta seni musik. Ia terkenal dengan konsep algoritmanya, yang bahkan masih digunakan dalam teknologi sehari-hari seperti telepon genggam, komputer, televisi, dan sebagainya. Penemuan algoritma ini memiliki peranan penting dalam perkembangan teknologi modern, menjadi dasar sistem dalam berbagai jenis teknologi, di mana pun, kapan pun, dan apa pun bentuknya.
Al-Khawarizmi kemudian pindah bersama kedua orang tuanya ke pusat peradaban pada masa itu, yaitu Baghdad, Iraq Modern. Di Baghdad, ia mengembangkan minatnya dalam ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang ada di sana, sehingga menjadi salah satu matematikawan terkemuka pada zamannya. Di Baitul Hikmah, ia mencapai reputasi sebagai ilmuwan polymath yang luar biasa.
Penemuan, Keahlian, dan Pemikiran
Al-Khawarizmi memiliki hubungan dekat dengan khalifah, dan penemuan-penemuannya sebagian besar didedikasikan untuk Al-Ma’mun. Khalifah memberikan perhatian khusus terhadapnya dan memberikan berbagai macam penghargaan untuk Al-Khawarizmi. Ia merupakan satu-satunya ilmuwan yang terlibat dalam program Al-Ma’mun untuk mengukur panjang satu derajat keliling bumi sepanjang garis busur, menyadari bahwa bumi memiliki bentuk seperti bola sehingga panjang satu derajat dapat dikalikan dengan 360 (mengingat bentuk bumi yang bulat atau bola). Selain itu, Al-Khawarizmi juga berusaha menganalisis dan membuat prediksi tentang masa hidup Rasulullah ﷺ dengan menggunakan ilmu astronomi.
Prof. Dr. Nasaruddin Umar berpendapat bahwa masterpiece dari Al-Khawarizmi adalah Al-Kitab Al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa Al-Muqabalah[3], yaitu buku tentang rangkuman untuk kalkulasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan [solusi sistematik persamaan linear]. Buku ini telah diterjemahkan ke banyak Bahasa; pertama kali ke bahasa latin pada tahun 1200-an Masehi. Hingga saat ini, karya dari Al-Khawarizmi masih mengisi sejumlah perpustakaan di berbagai perguruan tinggi Eropa.
Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai “Bapak Ilmu Pengetahuan Aljabar”. Dia menuliskan buku yang berjudul Algebra, lalu diklasifikasi oleh para matematikawan sebagai dasar-dasar ilmu matematika. Dia juga yang menjadi pertama kali untuk merelevankan ilmu aljabar dalam sebuah bentuk yang fundamental dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.[4]
Al-Khawarizmi dengan keresahannya terhadap nilai phi(π) yang menciptakan polemik di kalangan para ilmuwan Yunani Kuno, dia mencoba untuk mengasiosasikan antara geometri dan aritmatika[5], perpotongan kerucut dengan bidang lingkaran secara miring menghasilkan beberapa unknown (variabel yang nilainya dicari) yang akan ditemukan kalau rumus lingkaran, rumus kerucut, dan kemiringan perpotongan dijadikan satu lalu diselesaikan. Inilah aljabar yang hebat. Teori hitungan “perpotongan kerucut” inilah yang dipakai oleh Galileo, Kepler, dan Newton dalam menghitung rotasi atau gerakan planet dalam tata surya kita.
Dengan kelihaiannya dalam bidang matematika, dia menciptakan karya-karya lainnya di bidang lain juga. Pada astronomi, dia menciptakan tabel khusus untuk mengklasifikasi ilmu perbintangan, salah satu karyanya pada ilmu geografi berjudul Kitab Surat al-Ard (Book of the Earth) yang memuat daftar bujur dan lintang kota-kota dan tata letak lokasinya, dan buku ini menjadi dasar pada peta dunia yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu ‘Ptolomy’s Geography’.
Kata “algoritma” berasal dari kata “algorismi,” “algorism,” dan kemudian berubah menjadi “algorithm,” yang semuanya berasal dari nama Al-Khawarizmi yang diromanisasikan ke dalam bahasa Latin. Dalam perjalanan hidupnya, Al-Khawarizmi memberikan kontribusi yang sangat penting untuk ilmu matematika dengan memperkenalkan konsep angka nol (0). Bayangkan dampaknya tidak hanya pada ilmu matematika, tetapi juga dalam kehidupan dan peradaban manusia jika konsep nol (0) tidak ada. Angka 0 tidak hanya terkait dengan ilmu matematika, karena ilmu matematika selalu terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan sehari-hari, dan diterapkan dalam berbagai konteks. Al-Khawarizmi juga menciptakan rumus sin, cos, dan tan dalam ilmu trigonometri.
Filsafat menurut Al-Khawarizmi
Menurutnya, filsafat adalah mahabat al-hikmah atau cinta pada kebijaksanaan[6]. Filsafat juga didefinisikan oleh Al-Khawarizmi sebagai ilmu hakikat dari segala sesuatu, sebagaimana definisi ini cukup masyhur bahwa filsafat adalah ibu dari semua Ilmu. Filsafat juga pengetahuan dari semua realitas, dia membagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah bagian teoritis dan yang kedua adalah bagian praktis. Ada pula yang memasukan logika sebagai bagian ketiga dari bagian itu, ada pula yang memasukan logika ke dalam bagian teoritis. Logika juga menjadi alat dalam filsafat untuk mencari hakikat-hakikat, dia menjadi alat atau perantara dalam ilmu filsafat.
Bagian teoritis dibagi lagi menjadi tiga ; ilmu alam, mengkaji tentang segala sesuatu yang memiliki unsur materi.[7] Yang kedua adalah mengkaji tentang apa-apa yang berada di luar unsur dan materi, ini disebut juga sebagai hal-hal Ilahi atau dalam bahasa Yunani Talgoia. Di antara kedua ini ada yang mengkaji tentang hal-hal yang memiliki materi namun tidak memiliki wujud fisik yang jelas, seperti besaran, bentuk, gerak, dan sejenisnya ini termasuk kepada ilmu pendidikan dan matematika, dan seakan-akan menjadi penengah di antara kedua pengetahuan Ilahi dan yang satunya.
Referensi:
محمد بن أحمد بن يوسف, مفاتح العلوم للخوارزمي, الثانية (بيروت: دِارالكتاب العربي, ١٤٠٩ هـ – ١٩٨٩ م), ١٥٣.
Pulungan, Suyuthi. Sejarah Peradaban Islam, 1st ed., vol. 1 (Jakarta: Amzah, 2022).
Siregar, Rahma Hayati. MATEMATIKAWAN MUSLIM: Motivasi Untuk Membentuk Kepribadian Islam (Cv. Pusdikra Mitra Jaya, n.d.).
Umar, Nasaruddin. “Karya Dan Pemikiran Al-Khawarizmi”, https://news.detik.com/berita/d-5034144/karya-dan-pemikiran-al-khawarizmi
[1] “Khwarezmia” (n.d.), https://id.wikipedia.org/wiki/Khwarezmia.
[2] Rahma Hayati Siregar, MATEMATIKAWAN MUSLIM : Motivasi Untuk Membentuk Kepribadian Islam (Cv. Pusdikra Mitra Jaya, n.d.), 17.
[3] Nasaruddin Umar, “Karya Dan Pemikiran Al-Khawarizmi” (Mei 2020), https://news.detik.com/berita/d-5034144/karya-dan-pemikiran-al-khawarizmi.
[4] Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, 1st ed., vol. 1 (Jakarta: Amzah, 2022), 763.
[5] Rahma Hayati Siregar, MATEMATIKAWAN MUSLIM : Motivasi Untuk Membentuk Kepribadian Islam, 18.
[6] محمد بن أحمد بن يوسف, مفاتح العلوم للخوارزمي, الثانية (بيروت: دِارالكتاب العربي, ١٤٠٩ هـ – ١٩٨٩ م), ١٥٣.
[7] محمد بن أحمد بن يوسف, مفاتح العلوم للخوارزمي, ١٥٣.
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.