Published On
Categories

Asal Nama India

India berasal dari kata Sindhu di mana ini merupakan nama sungai yang ada di India. Orang Islam yang datang kemudian kemudian menamakannya dengan Hindustan. Sementara penduduk aslinya menyebut dengan dua nama; jambudwipa yang artinya benua jambu dan bhartawarsa, yang berarti tanah turunan dewa.

Asal Mula Bangsa India

Pada awalnya tanah India didiami oleh bangsa Dravida yang tinggal di sepanjang lembang Sindhu. Meraka hidup secara nomaden sampai akhirnya menetap dan bertani lalu membentuk desa-desa. Selama 10 abad bangsa Dravida menciptakan sebuah peradaban yang tinggi. Hal ini terlihat dari penggalian dua tempat yang sangat terkenal. Yaitu Mohenjo Daro dan Harappa yang meninggalkan bekas-bekas kota modern lengkap dengan pelabuhan dan kawassan niaga yang padat.

Pada tahun 1500 SM datanglah bangsa Arya, dari asia tengah dengan ras Indo-Jerman. Mereka mentradisikan sistem kasta, yakni Brahmana, Ksatria, Wisya dan Sudra. Kasta Brahmana yang merupakan golongan para rahib dan menjadi imam agama berperan penting dalam ritual korban. Hal ini tentunya banyak terjadi perubahan, dari sisi negatif musnahnya peradaban Dravida dan dari sisi positifnya banyak tradisi baru seperti kitab keagamaan dan karya sastra.

Darsana

Istilah dalam filsafat India dikenal dengan darsana yang memiliki arti melihat (ke dalam). Darsana adalah sebuah sistem pemikiran yang diperolah melalui pengalaman intuitif dan diperlibatkan/diberlanjutkan melalui argumen logis. Adapun istilah lain selain darsana, yakni seperti tattwa (uraian tentang ketuhanan) Kemudian ada mananasastra (pemikiran, perencanaan, pertimbangan, atau renungan), wicasastra (pertimbangan, renungan, penyelidikan dan keragu-raguan). Serta tarka (spekulasi/penyelidikan tentang kebenaran).

Tujuan Filsafat India

Dalam filsafat Yunani kita sudah mengenal bahwa tujuaanya adalah untuk mencari sebuah kebenaran dengan proses berpikir. Berbeda dengan filsafat India bukan hanya sampai menuju kebenaran saja, tetapi juga sampai kepada proses membebaskan diri sari Samsara.

Tujuan dari filsafat ini adalah untuk merealisasikan atman. Atman adalah prinsip kecerdasan. Atman adalah kerangka akal budi yang meresapi setiap makhluk dan alam semesta. Realisasi atman berarti realisasi dan transformasi diri dalam memahami kebenaran tertinggi. Realisasi atman berarti mencapai moska sastra, yaitu mencapai pengetahuan spiritual yang menuntut sebagai pencari kebenaran sejati moksa. Moksa bermakna bebas dari belenggu duniawi dan menteri untuk sampai kepada para vidya (pengetahuan yang absolut) setelah menyebrangi lautan  samsara.

Metode Filsafat India

Adapun metode yang digunakan dalam filsafat ini adalah sebagai berukut:

  1. Staravana (mendengarkan): mendengarkan ajaran-ajaran dari teks-teks kitab suci agar dapat menangkan pemahaman secara penuh.
  2. Manana (penalaran): diskusi tentang teks yang telah didengarkan tadi.
  3. Niddhyasana: duduk dalam sikap meditasi dengan pikiran yamg terkonsentrasi dengan ajaran yang telah didengarkan. Menjalaninya dengan sikap meditasi dan pembebasan pikiran dari keraguan. Pikiran kemudian menjadi terbuka untuk diserapi dan diterangai oleh kebenaran ajaran tadi.

Tujuh Ciri Filsafat India

Seperti yang telah dijelaskan di atas, filsafat Yunani dan filsafat India sama-sama bertolak dari kenyataan sehari-hari. Tetapi dalam dalam sistem pemikiran kedua, filsafat Yunani dan india berbeda. Perbadaannya, yaitu filsafat Yunani mencari kebenaran sebagai kebenaran, sedangkan filsafat India mencari kebenaran untuk melepaskan diri dari dunia. Adapun ciri-ciri dari filsafat India ada tujuh, berikut uraiannya:

  • Motif Spiritual yang menjadi dasar seluruh sistem filsafat india maupun kehidupan masyarakat. Kecuali aliran carvaka, semua aliran lain mengaku mengaku esensi spiritual.
  • Sikap intropektif dan pendekatan intropektif terhadap realitas. Filsafat dipahami sebagai atmavidya (pengetahuan diri). Oleh sebab itu, yang muncul adalah subjektifitas.
  • Mengakui hubungan erat antara hidup dan filsafat. Filsafat bukan hanya bertitik pada akal pikiran, tetapi juga juga ada usaha untuk mencari kebenaran yang dapat membebaskan. Menurut filsafat India, kebenaran membawa keselamatan. Sedangkan selamat berarti bebas dari penderitaan, kemudian berengkarnasi. Kebahagiaan abadi itu terwujud manakala kembali kepada kemurnian semula dan persatuan dengan Tuhan.

  • Idealisme Monistik. Filsafat india terutama pada hiduisme, mengarah kepada Idealisme monistik. Apa yang terlihat plural dan kontradiktif sebetulnya merupakan bentuk-bentuk ekspresi, yang mempersatukan semua sistem secara keseluruhan.
  • Hanya intuisi yang mampu menuju kepada kebenaran tertinggi. Bukan berarti akal tidak memiliki peran, tetapi akal dianggap tidak mencukupi. Oleh sebab itu, kata yang tepat untuk filsafat india adalah darasna yang berarti melihat secara intuitif.
  • Mengakui otoritas. Para filsuf India selalu memperhatikan tradisi seperti yang diajarkan guru Upanisdhad, Buddha atau Mahavira. Karena ini akan berpengaruh pada metode filsafat India yang dimulai dengan stravana (mendengarkan)
  • Tendensi untuk mendekati beerbagai aspek pengalaman dan realitas dengan pendekatan sistesis. Tuhan menurut mereka hanya satu, namun disebut dengan banyak nama oleh manusia. Agama dan filsafat tidak dapat dipisahkan, karena sintesis ini akan menyebabkan semua dapat hidup dengan harmonis dan toleransi.

 

Editor: Ahmed Zaranggi

Sumber:

John M. Koller. Filsafat Asia. Ledalero, 2010.

Sudarto. Perbandingan Filsafat Cina dengan Filsafat india. Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2. 2015.

https://massofa.wordpress.com/

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_India



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 × two =