Gambaran Umum Politik Adu Domba
Politik adu domba atau juga dikenal politik pecah belah merupakan strategi dan taktik politik, militer dan ekonomi. Taktik ini diterapkan untuk memperoleh dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah belah kelompok masyarakat, sehingga lebih mudah untuk ditaklukkan. Dharma Putra Kelana dalam artikelnya berjudul “Devide Et Impera: Mengenal Taktik dan Strategi Orang Belanda” menjelaskan wacana politik adu domba berusaha merespon berbagai tindakan kolonialisme yang memisahkan kesatuan antara kelompok masyarakat. Ini kemudian menyebabkan hilangnya nilai percaya diri untuk membangun aliansi menantang para penjajah.
Adapun, Ulil Absiroh dalam karyanya “Understanding of History 350 Years Indonesia Colonized by Dutch” menyebutkan bahwa gambaran umum politik adu domba adalah berusaha mereduksi nilai persaudaraan dan kekeluargaan. Upaya ini dilakukan suatu kelompok untuk meraih supremasi wilayah tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa politik adu domba merupakan implementasi siasat melanggengkan kekuasaan dengan cara memisahkan nilai-nilai persatuan suatu bangsa. Akibatnya, setiap kelompok individu akan saling curiga dan memerangi satu sama lain.
Doktrin Politik Niccolo Machiavelli
Doktrin utama politik Niccolo Machiavelli, ialah mengedepankan nilai realitas atas berbagai permasalahan yang ada dan nyata di realitas. Dalam artian bahwa seorang pemimpin atau penguasa harus bertindak berdasarkan kenyataan dan fenomena yang ada di dunia. Niccolo Machiavelli tidak sependapat dengan konsep politik Aristoteles, Plato, dan Al-Farabi yang menempatkan praktik politik berdasarkan moralitas.
Menurut Niccolo Machiavelli, seorang raja harus memanfaatkan segala cara untuk menjaga kekuasaanya, mencapai kejayaan, dan kebaikan negara. Seorang raja dapat memanfaatkan eksistensi agama untuk meraih simpatisasi kelompok masyarakat atau berusaha menafsirkan berbagai ayat-ayat suci untuk memecah belah berbagai golongan di realitas. Dasar pandangan yang digambarkan Niccolo Machiavelli merupakan jalan memahami esensi dan martabat negara.
Esensi negara, adalah wilayah yang senantiasa mengalami revolusi dan evolusi kemakmuran kelompok individu dalam suatu wilayah. Revolusi tidak dapat dicapai melalui berbagai kebijakan yang justru menjauhkan pemimpin dari esensi negara. Sedangkan, evolusi kemakmuran adalah upaya meningkatkan kemapanan nilai hidup individu yang mendeskripsikan citra suatu negara di realitas. Pemaknaan esensi negara dalam pemikiran Niccolo Machiavelli meniscayakan karakter pemimpin ideal yang meliputi berbagai aspek, seperti:
1. Pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil berbagai keputusan yang menunjang kejayaan dan mempertahankan kekuasannya.
2. Pemimpin juga harus jahat dengan memanfaatkan berbagai cara menuju kemenangan.
3. Pemimpin sejatinya memiliki sikap pengampun dengan memecahbelah berbagai kelompok masyarakat dan menciptakan konflik di tengah perpecahan masyarakat. Serta menyelesaikan berbagai konflik dengan cara mengampuni segala praktik kekerasan dan intimidasi yang dilakukan masyarakat.
Niccolo Machiavelli dalam The Prince mengidealisasikan sikap dan sifat pemimpin di atas sebagai hakikat eksistensi penguasa yang harus dicapai oleh setiap raja dan kepala pemerintah. Kemudian dijadikkan metode memahami esensi negara dan juga proses merealisasikan revolusi dan evolusi suatu wilayah. Penawaran-penawaran Niccolo Machiavelli dalam sistematika politik merupakan corak pandang yang objektif. Serta mengingatkan signifikansi eksistensi penguasa adalah melanggengkan kekuasaannya sebagai keautentikan politik dan kedaulatan negerinya.
Realitas Politk Adu Domba
Pilpres 2019, merupakan salah satu realitas politik adu domba yang dimainkan oleh sebagian individu untuk meningkatkan suara dan dukungan. Tujuannya untuk memperoleh ruang pemerintahan yang dipandang sebagai ruangan kekuasaan tertinggi di Indonesia. Tidak heran berbagai upaya dilakukan untuk memantik dukungan dan aspirasi masyarakat, seperti pemanfaatan agama yang dipandang sebagai nilai emosional terdekat masyarakat. “Pemimpin non-Muslim” merupakan slogan yang membumi untuk menyerang kelompok lain yang mengakibatkan konflik dan kekacauan untuk saling menyalakan satu sama lain.
Dalam politik Niccolo Machiavelli, sikap mengkambinghitamkan agama dalam ruang politik bukanlah suatu permasalahan. Sebab, strategi adu domba juga merupakan upaya untuk meraih hakikat politik, yaitu kekuasaan. Pemimpin yang ideal harus berani dan jahat untuk mencapai apa yang diingingkan, bukan dikendalikan oleh berbagai moralitas yang dipandang sebagai subjektivitas. Tentu, adu domba memiliki urgensi untuk mempertahankan atau memperoleh kekuasaan dan juga bernilai untuk mengaktualkan esensi negara yang dipandang sebagai cita-cita tertinggi pemimpin di realitas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa politik adu domba merupakan strategi yang digunakan oleh sebagian pemimpin dengan mengabaikan nilai moralitas. Moralitas dianggap sebagai konsep utopis atau mustahil dicapai tanpa melibatkan berbagai cara merealisasikan esensi negara. Lebih lanjut, idealisme pemimpin dalam pandangan Niccolo Machiavelli merupakan tawaran yang masih dipertahankan dan dipraktikan oleh sebagian pemimpin hari ini untuk mencapai cita-cita tertingginya sebagai upaya meraih revolusi dan evolusi kehidupan masyarakat yang dipandang sebagai esensi negara.
Editor: Ahmed Zaranggi
Referensi:
Dharma Kelana Putra, Devide Et Impera: Mengenal Taktik dan Strategi Orang Belanda.
Ikhwan, Machiavelli: Pembenaran Kekerasan dalam Politik Kekuasaan.
Irianti Mantasari, Strategi Devide et Impera oleh Amerika Serikat dalam Konflik di Suriah (2011-2018).
Niccola Machiavelli, The Prince.
Ulil Absiroh, Understanding of History 350 Years Indonesia Colonized by Dutch.
Yunie Risma Riyantie, Konsep Politik Machiavelli dalam Perspektif Etika Politik Islam.
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.