Perilaku manusia terbentuk secara perlahan dengan menyesuaikan dan menerima stimulus dari lingkungan sekitarnya. Manusia tidak akan bertindak apabila tidak ada suatu hal yang mampu menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu. Sehingga terdapat dorongan-dorongan internal dan eksternal untuk memicu manusia melakukan suatu aktivitas. Perilaku manusia merupakan suatu hal yang harus kita perhatikan dari segi humanisme yang menggarisbawahi penilaian atas perilaku yang timbul akibat adanya stimulus. Jika kita bertolak dari humanisme untuk memandang perilaku manusia maka kita akan menemukan bahwa manusia harus dipandang sebagai makhluk dinamis dan menyeluruh. Ini merupakan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk menilai perilaku manusia dan menganalisis segmentasi perilaku manusia yang berbeda-beda. Perilaku manusia yang holistik akan meliputi perilaku manusia yang partikular dan perilaku manusia yang partikular merupakan penyusun perilaku manusia yang holistik. Ini menjadikan manusia dapat dipandang perilakunya melalui dua sudut pandang.
Dua Sisi Manusia
Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia secara utuh memiliki pembawaan yang baik. Dan hal ini diikuti dengan kemampuan manusia untuk merealisasikan kemampuan dan potensi yang ia miliki. Agar memberikan keuntungan dan manfaat yang besar bagi lingkungan dan alam semesta. Perilaku manusia secara keseluruhan dinilai dari kemampuan manusia untuk memanfaakan kehendak bebas yang sudah dimiliki dan tidak dibatasi oleh hegemoni. Walau tidak jarang terdapat beberapa keadaan yang menyebabkan adanya represi pada upaya manusia untuk menikmati kehendak bebasnya secara utuh.
G.W.F Hegel menggunakan dialektika untuk melakukan penilaian dan analisis bagi tindakan-tindakan dan materi yang ada. Manusia dipandang sebagai materi termasuk ke dalam kajian yang dilakukan oleh Hegel. Manusia dan keseluruhan alam semesta merupakan pandangan holistik dan bersifat baik. Ia juga menilai dialektika yang terjadi merupakan upaya manusia untuk terus berperan aktif pada dirinya sendiri dan lingkungan sekitar untuk bergerak maju dan menemukan alternatif pemecahan masalah kehidupan. Namun, Hegel melihat di dalam kontradiksi dialektika tersebut ia mendapatkan bahwa perilaku positif manusia yang menyeluruh juga terdapat perilaku yang negatif. Sehingga kita dapat melihat adanya keterhubungan yang tidak dapat dipisahkan antara yang bersifat positif dan negatif. Keseluruhan realitas yang meliputi perilaku manusia memiliki dua sisi seperti koin, ia memiliki motif universal dan motif individual untuk melakukan suatu perilaku.
Manusia Holistik dan Partikular
Secara holistik perilaku manusia memiliki keutamaan dan cenderung memberikan pengaruh baik untuk perkembangan alam semesta. Namun secara partikular perilaku manusia tidak memiliki kebaikan secara menyeluruh. Ia memperhatikan adanya motif-motif individual yang harus dilihat apabila kita ingin menilai suatu perilaku partikular. Terkadang perilaku partikular dapat baik atau buruk, penilaian ini berdasarkan nilai-nilai moral dan kita tidak menggunakan suatu titik tolak moralitas untuk menilai perilaku manusia partikular atau holistik. Kita berupaya untuk menyuguhkan penilaian yang dilihat dari segi dialektika yang menyagkut aktivitas manusia.
Perilaku negatif manusia bisa bersifat positif jika kita lihat secara partikular. Kita dapat menilai bahwa peperangan yang terjadi merupakan perilaku buruk dan mengundang malapetaka bagi manusia. Namun Hegel melihat bahwa secara partikular perilaku manusia untuk melakukan peperangan merupakan hal yang baik. Karena bisa saja peperangan tersebut merupakan katarsis dan sisi lain perang juga memicu rasa persatuan dan kesatuan suatu bangsa hingga pada suatu titik peperangan membawa perubahan dan perkembangan teknologi yang berguna bagi peradaban. Peperangan tersebut jika dinilai dari sudut pandang holistik ia bersifat buruk dan tidak memberikan suatu hal apapun selain kerugian-kerugian yang menimbulkan penderitaan implisit dan eksplisit. Sehingga dengan kita bertolak pada pemahaman dialektika yang sudah diwariskan Hegel kepada umat manusia, kita dapat menilai setiap perilaku manusia secara rigorous. Jadi di dalam setiap perilaku manusia yang tidak baik secara holistik, ia pasti akan baik secara partikular. Kemudian ia akan berkontradiksi kembali di dalam dirinya untuk menuju titik tolak perkembangan manusia.
Penilaian yang ketat dan tidak hanya mengandalkan pandangan secara umum, dengan adanya pembebasan pemikiran manusia yang menggunakan paham dialektika ia akan dengan mudah untuk melakukan self-evaluation dan menempatkan dirinya untuk berempati dengan menempatkan diri dari sudut pandang orang lain. Sehingga dengan dorongan yang terjadi atas pola kehidupan masyarakat dinamis akan berdampak pada respon yang diberikan untuk menanggapi keadaan tersebut. Manusia sebagai mahluk yang memiliki kehendak bebas, tidak dapat kita ukur perilaku yang akan tampil di lingkungan. Sehingga inti dari pergerakan kontradiksi pada manusia akan terus berkembang hingga ia tidak lagi eksis di dunia sebagai manusia.
Editor: Ahmed Zaranggi
Referensi:
Russel, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
One thought on “Mengkaji Perilaku Manusia Secara Partikular dan Holistik”