Konsep keadilan dalam liberalisme egalitarian (LE) berupaya menggabungkan nilai-nilai kesetaraan, kebebasan pribadi, dan tanggung jawab pribadi. Fokus kontemporer hubungan-hubungan ini berakar dari karya-karya Rawls (1971). Demikian pula Rawls terinspirasi dari sejarah Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat 1776 dan Deklarasi Perancis tentang Hak Asasi Manusia dan Warga Negara (1789).
Sebagai awalan, kita dapat mendefinsikan LE secara negatif sebagai penolakan terhadap tesis bahwa beberapa individu secara inheren lebih berharga daripada yang lain. Secara positif kita dapat menganggap LE adalah sebuah teori sosial normatif yang menerima prinsip kesetaraan moral. Bahwa semua orang memiliki nilai moral yang sama sebagai tujuan dalam diri mereka sendiri.
Ada sedikitnya lima fokus normatif yang penting bagi pandangan Liberalisme Egalitarian.
Kesejahteraan
Dalam keadaan normal, seseorang memiliki kehendak membuat rencana sendiri untuk kesejahteraan. Pada saat yang bersamaan orang tersebut memiliki tanggungjawab memajukan juga orang yang dipedulikan. Kepedulian terhadap orang-orang, bagi kaum LE bagian dari kepedulian terhadap diri. LE menegaskan bahwa individu adalah unit dasar perhatian moral, namun berarti menyatakan bahwa satu-satunya konsekuensi yang penting dari sudut pandang normatif menyangkut pemenuhan kepentingan pribnadi. Prinsip kepedulian dan rasa hormat yang sama mengesampingkan perhatian eksklusif dengan kepentingan pribadi.
Dalam mencapai keuntungan bersih dalam kesejahteraan, LE menolak utilitarianisme yang membenarkan mengorbankan individu dan kelompok lain. Bagi kaum LE, individu adalah alat fundamental dari perhatian moral. Bagi kaum LE, utilitarinisme tidak sesuai dengan prinsip bahwa semua individu memiliki kepedulian moral yang sama. Teori egaliter liberal menyimpulkan dari pertimbangan ini bahwa prinsip nilai moral yang sama harus dipahami dalam kerangka prinsip kesempatan yang sama dalam kesejahteraan.
Agen Otonom
Teori Liberalisme Egalitarian setuju bahwa pemenuhan rencana hidup bukanlah satu-satunya hal yang penting dari sudut pandang normatif. Struktur sosial yang melembagakan kepedulian dan rasa hormat yang sama harus mendorong lembaga otonom untuksemua orang. Kebebasan tidak harus dipahami dalam hal mengejar kepentingan pribadi. Tindakan bebas harus masuk akal jika ingin memiliki signifikansi normatif. Agen otonom harus mempertimbangkan bahwa agen lain juga memerlukan perhatian dan rasa hormat, yakni menjalankan kebebasan untuk menjalani kehidupan yang paling beralasan untuk dihargai yang mencakup pengakuan yang atas individu lain dalam melakukan hal-hal yang sama.
LE berpendapat bahwa prinsip kesetaraan moral mengharuskan semua individu untuk menjalani jenis kehidupan yang mereka minati yang tunduk pada “kendala kewajaran” bahwa kebebasan orang lain untuk melakukan hal yang sama juga diakui. Kaum LE juga menegaskan bahwa kebebasan tindakan tidak akan berarti apa-apa akses ke prasyarat material dari hak pilihan yang efektif.
Kebebasan yang signifikan adalah kebebasan yang subtantif, bukan hanya kebebasan formal dari paksaan dan penipuan. Kebebasan subtantif adalah dimensi kehidupan sosial yang membedakan dari liberal yang lain.
Akses ke Sumber-sumber
Liberalisme Egalitarian menolak Utilitarianisme karena dalam memenuhi kepuasaan dalam menjalani kehidupan yang paling dihargai ada pihak yang dikorbankan. Dalam akses ke sumber-sumber, kaum egaliter liberal menganut prinsip-prinsip kebebasan dasar yang sama dan kesetaraan kesempatan yang adil. Kaum LE memperhatikan perbedaan “nasib buruk” yang tidak dapat dikendalikan oleh individu (cacat alami, penyakit serius, kecelakaan, dan sebaginya) dari “keberuntungan pilihan” buruk yang dihasilkan oleh pilihan sendiri di arena pasar.
Prinsip kepedulian moral yang sama menyiratkan bagi Ronald Dworkin bahwa masyarakat yagn adil akan mengambil tindakan korektif untuk membantu mereka yang menderita. Di sisi lain, individu harus menerima tanggung jawab atas konsekuensi dari pilihan mereka mengenai pendidikan, pelatihan, pekerjaan, perdagangan yang mereka buat antara waktu luang dan pekerjaan, dan pengeluaran mereka.
Pengembangan Kemampuan Esensial
Kaum LE mengakui bahwa distribusi barang-barang sosial primer bukanlah tujuan, tetapi hanya sarana untuk memungkinkan individu menjalani kehidupan yang mereka miliki atas dasar menghargai kehidupan. Pengembangan kemampuan esensial adalah tujuan yang itu sendiri. Kaum LE menjadikan kapabilitas sebagai pusat teori sosial normatif yang menekankan pada perkembangan manusia. Ada beberapa daftar hal esensial bagi perkembangan manusia aantara lain: kehidupan yang normal, kesehatan tubuh dalam nutrisi dan keamanan yang memadai, integritas tubuh dalam kebebasan untuk bergerak dan bereproduksi, rasa dan imajinasi dalam kebebasan ekspresi, emosi, alasan-alasan praktis untuk membentuk konsepsi dan rencana hidup, afiliasi hubungan sosial, hak partisipasi politik dan kesetaraan dengan orang lain, dan dapat bekerja sebagai manusia.
Kaum LE berpendapata bahwa ekspresi yang tepat dari kepedulian moral yang sama adalah memberikan kesemaptan yang sama untuk kesejahteraan yang diartikan sebagai menjalani kehidupan yang benar-benar baik, daripada sekadar pencapaian keadaan psikologis subjektif tertentu (kebahagiaan dan kepuasaan preferensi) seperti dalam utilitarianisme. Joseph Raz menegaskan pentingnya signifikansi normatif badan otonom dan perfeksionisme. Akses ke sumber daya penting asalkan dalam upaya mengembangkan kemampuan manusia yang esensial.
Ruang Publik
Bagi kaum LE, ruang publik yang dinamis adalah bagian penting dari tatanan institusional yang dapat diterima secara normatif dan memberikan peluang penting bagi individu untuk “berdiri setara” di komunitas mereka. Hal ini memastikan bahwa pemerintah berfungsi dengan cara yang dapat diterima secara normatif, dengan pengawasan publik yang efektif atas kegiatan negara yang melengkapi dengan jaminan konstitusional untuk menjamin persamaan hak atas kebebasan berbicara, kebebasan berserikat, dan sebagainya. Fungsi negara kemudian diperlukan untuk menentukan memberi jaminan setiap warga negaranya melaksanakan dan menentukan kehidupannya sendiri. Kaum LE membatasi “kesetaraan” harus bersifat subtantif daripada formal. Prinsip ini penting dalam mengesampingkan ruang publik yang didominasi hanya oleh segelintir orang.
Masyarakat dalam konsep LE memiliki kesempatan yang adil untuk mengajukan isu-isu untuk pertimbangan publik, menyarankan modifikasi kelembagaan, dan kebijakan publik yang spesifik, merumuskan keberatan terhadap proposal orang lain, dan membentuk atau bergabung dengan asosiasi. Dalam perspektif LE, pembentukan kolektif kemauan politik harus menjadi proses pembentukan kehendak yang benar-benar demokratis agar dapat diterima secara normatif.
Editor: Ahmed Zaranggi
Referensi.
Gaus, F. Gerald & Chandran Kukathas. 2004. Handbook of Political Theory. Sage.
Smith, Tony. 2017. Beyond Liberal Egalitarianism: Marx and Normative Social Theory in the Twenty-First Century. Brill, Leiden.
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
One thought on “Pandangan Liberalisme Egalitarian”