Belajar Filsafat dari Anime Attack on Titan

Stats: 26 Views | Words: 835

5 minutes Read




Bagi para pecinta anime Jepang, siapa yang tidak mengenal cerita Attack on Titan, sebuah karya yang diciptakan oleh mangaka Hajime Isayama. Dalam anime tersebut dikisahkan sekumpulan manusia yang terjebak di pulau Paradise, dimana dalamnya terdapat tiga lapis dinding yang bergitu tinggi. Dinding itu digunakan untuk melindungi umat manusia dari serangan titan (raksasa). Bagi yang pernah menonton mungkin akan membayangkan bagaimana mengerikannya kehidupan manusia yang dikelilingin oleh para titan yang siap meneror dan memakan manusia.

Kemudian manusia membuat korps survey yang ditugaskan untuk siap membasmi titan. Tokoh utama yang bernama Eren Yeager ikut bergabung kedalam korps survey. Alur ceritanya yang antimaenstream membuat banyak orang tertarik untuk menonton anime dan cerita manganya. Ternyata di dalam ceritanya terdapat unsur-unsur filsafat dan kita dapat mempelajari filsafat tersebut di dalam anime Attack On Titan. Lalu pelajaran filsafat apa saja yang dapat kita pelajati dari anime Attack on Titan.

Eren Yeger yang berpandangan Eksistensialis

Terjebaknya manusia di dalam tembok, manusia ternggelam dalam faktisitas. Menurut Heidegger faktisitas adalah terlemparnya manusia atas fakta-fakta yang mereka kehendaki. Tiba-tiba saja manusia harus hidup dalam fakta tersebut lalu dituntut untuk menjalani hidup tersebut. Karena manusia bebas untuk memilih, maka manusia dikutuk untuk menjadi bebas. Maksud dari di kutuk untuk menjadi bebas karena manusia adalah kasus yang tidak biasa. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berkehendak, manusia bisa membuat pilihannya atas dirinya.

Menurut Sartre, manusia hidup bebas membentuk takdirnya yang artinya eksistensialisme manusia mendahuli esensialisme atau pilihanlah yang menentukan sebuah takdir. Namun segala pilihan dan kebebasan manusia untuk eksis harus diikuti oleh konsekuensi dan tanggung jawab yang mesti dipenuhi. Karena adanya tanggung jawab tersebut, banyak yang takut untuk melakukan sesuatu sesuka hati karena konsekuensi yang akan dihadapi. Seperti masyarakat pulau Paradise yang lebih memilih untuk bersembunyi dibalik tembok, karena Ia tahu jika Ia ingin bebas dan keluar dari tembok maka konsekuensinya adalah harus berhadapan dengan titan.

Tokoh utama Eren Yeager adalah merupakan sosok yang eksistensialis, Ia menuntut sebuah kebebasan pada dunia, terlepas dari terjebaknya mereka yang dikelilingi titan. Eren Yeger berpandangan bahwa manusia itu haruslah bebas, tidak boleh berdiam diri dan bersembunyi di balik tembok. Meski memang peandangannya tersebut ada konsekuensi yang harus hadapi, Ia memberanikan diri untuk melakukan itu semua meski taruhannya nyawa sekalipun. Bergabungnya Ia di corp survey, merupakan caranya untuk meraih sebuah kebebasan. Ia ingin pergi ke luar tembok dan membunuh semua titan agar manusia bisa hidup bebas. Bebas berarti otentik, yang artinya segala kesadaran adalah mutlak miliknya sendiri. Berbanding terbalik dengan pola pikir kebanyakan orang paradise.

Semua Peristiwa Terjadi Karena Adanya Sebab Akibat

Berubahnya sifat Eren Yeager dari karakter protagonis menjai antagonis tidak terjadi begitu saja. Perubahan terjadi karena obsesinya terhadap kenenasan. Hal ini wajar saja karena sejak kecil Ia harus hidup di balik tembok yang tinggi demi melindungi manusia dari serangan titan. Ia mengharapkan sebuah kebebasan yang diharapkan di balik tembok.

Setelah Ia keluar di baling tembok, ia menemukan sebuah fakta yang membuatnya berubah menjadi pribadi yang antagonis. Keputusannya untuk melenyapkan seluruh umat manusia yang ada di luar pulau paradise dengan menggunakan ribuah titan colosal juga demi mengejar kebebasan yang Ia impikan.

Secara filosofis semua peristiwa pasti semuanya ada sebab akibatnya. Ini berbanding terbalik dengan eksistensialisme tadi yang percaya bahwa adanya kehendak bebas. Menurut paham determinisme kehendak bebas adalah sebuah ilusi sering kali timbul sebagai suatu akibat dari klaim utama yang dihasilkan oleh masa lalu, masa kini dan masa depan. Sifat Eren Yeager yang ingin membasmi semua Titan agar manusia dapat hidup juga, karena adanya sebab dimana Ia melihat bahwa  manusia menjadi mangsa titan dan harus hidup di balik tembok. Ini memang berbanding terbalik dengan kehendak bebas yang telah dinyatakan sebelumnya.

Apakah manusia memiliki sebuah kebebasan (Free Will)

Ketika kita menonton animenya tersebut, kita akan berpikir bahwa apakah kebebasan itu benar-benar ada atau kebebasan itu sebenarnya tidak ada. Ada banyak aturan yang mengelilingi hidup kita, mulai dari agama negara, sosial, budaya yang turut membatasi gerak-gerik kita. Seandainya kita memiliki sebuah kebebasan yang sebebas-bebasnya, apakah dunia ini akan kacau balau tak beraturan. Karena orang yang bebas mau melakukan apa saja. Eren Yeger yang awalnya ingin membasmi tidak demi sebuah kebebasan, nemun berbanding terbalik Ia justru membasmi manusia di luar pulau paradise dengan mengendalikan ribuan titan demi kebebasan juga. Dengan caranya seperti itu lantas apakah manusia bisa mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya atau justru membuat manusia semakin menderita dengan adanya sebuah kebebasan.

Menilai baik buruknya Eren Yeager

Sifat Eren Yeger yang berubah dengan segala tindakannya, kita bisa menilai tindakannya secara bebas apakah Ia sosok yang baik atau pun buruk. Pembaca memang harus mebaca mengannya atau menonton animenya secara langsung agar para pembaca bisa menilai sosok Eren Yeager itu seperti apa. Awalnya terlihat baik ternyata jahat lalu terlihat baik ternyata menjadi jahat, pola seperti ini akan sering kita temui dalam alur ceritanya. Juga karakter pendukung lainnya sama memiliki paradigma yang berbeda-beda.

 

Editor: Ahmed Zaranggi

Sumber:

https://whathefan.com/animekomik/filsafat-ala-attack-on-titan/

https://ipmprogress.com/

Jurnal. Sihor Farida Tambunan. Kebebasan Individu Manusia Abad 20: Filsafat Eksistensialisme Sartre. Vol. 18 No. 2 Tahun 2016.

Victor Delvy Tutupary. Kebebasan Kehendak (Free Will) David Ray Griffin dalam Persepentif Agama. Jurnal Filsafat. Vol. 1 No. 1 tahun 2016





Citation format :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *