Belajar Semiotika Charles S. Pierce melalui Fenomena Korona

Stats: 36 Views | Words: 1076

6 minutes Read




Virus korona hingga hari ini tetap menjadi  penyakit yang ditakuti oleh sebagian negara di berbagai kawasan dunia. Sejak awal penyebarannya di tahun 2019, virus ini telah menyebar sedikitnya di 235 negara dengan kasus yang mencapai 503. 885. 406 di hari ini. Sejauh penyebaran virus yang pertama kali menyebar di Wuhan, Cina. Beberapa pencegahan telah dilakukan untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Mulai dari informasi pentingnya jaga jarak, penggunaan masker di tempat umum, hingga vaksinasi dari berbagai dosis.

Korona dan Kehidupan Manusia

Ragam pencegahan dan antisipasi yang dilakukan tersebut, mendeskripsikan bahwa virus Covid-19 merupakan salah satu fenomena yang menyerang kelangsungan hidup manusia. Hal ini pun menimbulkan kepanikan di antara masyarakat untuk membatasi diri dari keramaian dengan cara membeli masker dan cairan anti-septik dalam skala besar. Tidak heran, beberapa fenomena yang sempat viral di tengah kehidupan masyarakat. Seperti menimbun masker atau mungkin bisnis PCR, menjadi satu dari banyaknya isu yang tidak akan terlupakan dalam sejarah penyebaran Covid-19.

Terlepas dari berbagai isu yang hadir di tengah penyebaran Covid-19, kita perlu memahami bahwa penularan kasus Covid-19 telah menjadi salah satu fenomena yang memengaruhi sikap masyarakat. Dari yang semula tidak begitu peduli dengan pola hidup berubah menjadi sosok yang peduli dengan pola hidup sehat. Bahkan sesekali menyarankan setiap orang untuk hidup secara sehat setiap menitnya.

Sikap tersebut, menggambarkan bahwa korona telah menjadi suatu fenomena yang bermakna dalam diri masyarakat. Dengan melihat kasus tersebut, menarik untuk memahami fenomena korona ini dalam kehidupan manusia dengan menggunakan teori semiotika Charles S. Pierce; seorang pemikir Amerika Serikat di abad 19.

Membaca Fenomena Korona dengan Semiotika Pierce

Charles S. Pierce dalam perkembangan wacana semiotika memaknai fenomena yang termaknai dalam konstruk sosial dengan terma “tanda”. Yaitu sekumpulan pransangka dan pikiran yang digunakan untuk menjelaskan objek.

Dalam kasus penyebaran virus Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, diketahui bahwa tanda merupakan ragam asumsi yang senantiasa dibicarakan oleh setiap masyarakat. Sedangkan virus Covid-19 merupakan objek yang senantiasa dibicarakan dari ragam asumsi. Adapun masyarakat ialah subjek atau dalam bahasa semiotika Charles S.Pierce disebut interpretan.

Lebih lanjut, untuk memahami mengapa virus Covid-19 menjadi fenomena yang dimaknai dan terus dibicarakan dalam kehidupan manusia, Charles S.Pierce membagi konsep tanda ke dalam tiga bagian, yaitu Qualisign, Sinsign, dan Legisign.

Aplikasi Tiga Konsep Tanda

Qualisign, yaitu cara individu untuk menjelaskan keberadaan objek, baik secara lembut, tegas dan marah yang bertujuan memainkan perasaan masyarakat terhadap keberadaan objek. Dalam konteks sosial, media memiliki peran penting dalam menyampaikan bahaya virus Covid-19 melalui gaya penyampaian yang bersifat tegas untuk mempengaruhi perasaan siapa saja yang mendengar dan menyimak informasi tersebut.

Sinsign, ialah menjelaskan eksistensi dan aktualitas suatu peristiwa, seperti 50% masyarakat Wuhan tewas, karena terjangkit virus Covid-19. Kematian merupakan dampak dari aktualitas virus Covid-19 dalam kehidupan manusia. Sedangkan Legisign, ialah aturan yang diberlakukan setelah mengetahui Sinsign dari virus Covid-19.

Berdasarkan ragam penjelasan di atas, diketahui bahwa Qualisign, Sinsig, dan Legisign berusaha menjelaskan keberadaan virus Covid-19 melalui sekumpulan prasangka dan pikiran yang dikonstruksi melalui gaya penyampaian tertentu. Sehingga mempengaruhi cara pandangan publik terhdap dampak yang diberikan oleh objek bagi kehidupan mereka.

Hasil dari pengaruh tersebut, ialah menciptakan ragam aturan, baik bersifat partikular atau universal untuk mencegah dampak yang diberikan oleh objek. Selanjutnya, ragam pikiran dan prasangka yang dihasilkan oleh dua bagian tanda diperjelas oleh Charles S. Pierce dalam pembagian objek yang juga terdiri dari tiga bagian, yaitu ikon dan indeks.

Analisi Ikon dan Indeks

Ikon adalah suatu upaya untuk menghadirkan perbincangan dengan memainkan ragam ilustrasi, sehingga semakin meningkatkan makna dalam diri masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa begitu maraknya penyebaran meme di dunia daring untuk menjelaskan bahaya virus Covid-19 dengan tujuan meningkatkan rasa kewaspadaan dalam kehidupan masyarakat.

Adapun indeks dalam semiotika Charles S. Pierce membahas sebab-akibat. Dalam hal ini tanda sebagai penjelas berhubungan dengan objek, sesuatu yang dijelaskan. Seperti sebanyak 7.098 tewas, akibat penyebaran virus yang berasal dari Wuhan tersebut.

Sampai di sini kita sama-sama mengetahui bahwa ragam prasangka dan pikiran yang tertuang dalam tanda, kembali dipertegas dalam pembahasan objek dengan menghadirkan terma ikon dan indeks. Tujuan dari penegasan kembali, ialah meningkatkan aspek pemaknaan dalam diri masyarakat, sehingga menghadirkan rasa was-was untuk menjaga diri dari dampak yang diberikan oleh objek.

Kemudian, penjelasan yang termaknai dalam diri masyarakat sebagai subjek yang merespon keberadaan objek. Charles S. Pierce mengatakan bahwa masyarakat akan menafsirkan objek secara emosional, dikarenakan kepanikan dan ketakutan mereka terhadap dampak yang berikan bagi kehidupan mereka. Tidak heran, jika kita melihat beberapa masyarakat membeli masker dan cairan anti-septik dengan skala yang begitu besar sebagai rasa khawatir mereka terhadap bahaya penularan virus corona. Charles S. Pierce menyebutkan penafsiran secara emosional dengan istilah Rheme untuk menunjukkan kepanikan masyarakat terhadap fenomena yan termaknai dalam dirinya.

Rheme: Penafsiran Emosional

Di samping menjelaskan penafsiran secara emosional, Charles S.Pierce juga membahas sebagian penafsiran logika yang diistilahkan dengan kata Dicisign. Yaitu masyarakat yang memandang keberadaan objek secara akal sehat yang tidak terpengaruh oleh ragam prasangka, akan tetapi berusaha melihat fakta yang ada secara universal. Seperti fakta kematian akibat virus korona mencapai 6.220.778 kasus. Akan tetapi, angka kesembuhan jauh lebih tinggi yang mencapai 454.426.136 kasus. Dari sini, kita dapat memahami bahwa virus korona sebagai objek tidaklah berbahaya bagi kehidupan manusia, jika masyarakat dapat menjaga pola hidup sehat satu sama lain.

Dari kesadaran pentingnya pola hidup sehat akan melahirkan argumen sebagai penjelasan yang berisi cara penanggulangan penularan virus korona secara logis. Bukan sekadar asumsi dan prasangka, setelah melihat fakta peningkatan kesembuhan pasien virus korona. Berdasarkan ragam penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tanda memainkan peran penting untuk mempengaruhi keberadaan objek dan cara pandangan masyarakat sebagai subjek. Akan tetapi, yang tercatat penting bagi kita semua bahwa teori semiotika Charles S. Pierce secara tidak langsung ingin menyadarkan masyarakat.

Masyarakat sebagai subjek perlu senantiasa berpikir logis untuk menyaring ragam informasi yang masuk di luar dirinya, tanpa harus melibatkan penafsiran secara emosional. Sebab, penafsiran emosional akan menghasilkan pemahaman yang bersifat parsial, yang cenderung menghasilkan sebuah ketakutan dan kekhawatiran tanpa sebuah solusi. Berbeda dengan subjek yang memiliki pola pikir Dicisign yang cenderung melihat suatu fenomena yang termaknai secara logis untuk menghasilkan sebuah pengetahuan universal.

Sehingga masyarakat dapat memperoleh sebuah solusi untuk mengantisipasi penyebaran virus korona berdasarkan fakta yang ada di realitas. Tak heran, mereka yang merasa panik dalam penyebaran virus Covid-19 cenderung terpengaruhi oleh Qualisign dan Sinsign. Sehingga menghasilkan Rheme dalam paradigmanya. Sedangakn, mereka yang senantiasa memiliki keyakinan untuk tidak panik dengan penyebaran virus Covid-19 merupakan pola pikir yang bersifat Dicisign senantiasa melihat fenomena berdasarkan fakta yang terjadi.

 

Editor: Ahmed Zaranggi





Citation format :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *