Penulis: Muhammad Fadhil

Editor: Wa Ode Zainab Zilullah

Debat Calon Presiden (Capres) 2024 merupakan rangkaian perhelatan debat antara para calon presiden dalam rangka Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden 2024. Debat terakhir Capres 2024 dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu, 4 Februari 2024. Acara ini terdiri dari enam segmen, terdiri dari pembukaan, pendalaman visi, pendalaman misi, penyampaian program kerja, sesi tanya jawab, serta penutupan[1]. 

Dalam debat tersebut, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka, serta beradu argumentasi mengenai berbagai isu, termasuk kesejahteraan sosial, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. Para calon presiden juga mengungkapkan pandangan mereka terkait isu-isu penting, seperti praktik demokrasi, angka harapan hidup, dan UU Cipta Kerja[2]. 

Debat calon presiden (Capres) merupakan salah satu momen penting dalam konteks politik sebuah negara. Debat tidak hanya menjadi ajang untuk memperkenalkan visi dan misi, tetapi juga mencerminkan kompleksitas masyarakat dan perbedaan pandangan. Debat dalam konteks filsafat dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk menjelajahi dan mengembangkan pemahaman tentang berbagai isu dan konsep filosofis. 

Tak dapat dipungkiri, Debat Capres 2024 telah memberikan kesempatan bagi masing-masing kandidat untuk memperkenalkan diri, menyampaikan program-programnya, dan berkompetisi secara terbuka dalam upaya memenangkan kepercayaan pemilih. Ini menunjukkan bahwa demokrasi berjalan baik di negeri ini. Kendati dalam proses pencalonan Capres dan Cawapres terdapat catatan yang patut dikritisi.

Dalam sebuah debat filosofis, peserta tidak hanya berusaha untuk meyakinkan lawan debatnya atau audiens, tetapi juga untuk mendalami dan menggali pemahaman mereka sendiri tentang suatu topik.[3] Dalam tulisan ini akan mengulas debat Capres dari sudut pandang filsafat, yaitu epistemologi, ontologi, dan aksiologi.[4]

1. Epistemologi

Epistemologi membahas sumber, batasan, dan metode pengetahuan. Dalam debat Capres, epistemologi dapat dilihat dari cara para kandidat memperoleh dan mengklaim pengetahuan. Bagaimana mereka merumuskan argumentasi mereka, apa landasan fakta yang digunakan, dan sejauh mana pengetahuan yang mereka miliki dapat dipertanggungjawabkan? Debat Capres sering kali menjadi ajang di mana para kandidat saling beradu argumen, menggunakan data, fakta, dan penelitian sebagai dasar klaim mereka. Bagaimana kandidat menyusun argumen mereka dapat mencerminkan pandangan epistemologis mereka tentang kebenaran dan validitas informasi.

2. Ontologi

Ontologi membahas hakikat realitas dan eksistensi. Dalam debat Capres, ontologi berkaitan dengan pandangan masing-masing kandidat tentang keberadaan negara dan masyarakat. Apa yang dianggap sebagai realitas politik, sosial, dan ekonomi? Bagaimana masing-masing kandidat memahami eksistensi negara dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat? Debat Capres sering mencerminkan perbedaan ontologis dalam visi masing-masing kandidat terkait tujuan negara, peran pemerintah, dan hak asasi manusia. Ontologi membantu kita memahami bagaimana para kandidat memandang dunia dan bagaimana pandangan mereka membentuk kebijakan dan tindakan.

3. Aksiologi

Aksiologi membahas nilai-nilai dan etika. Dalam debat Capres, aksiologi berkaitan dengan nilai-nilai yang menjadi dasar kebijakan dan tindakan kandidat. Apa nilai-nilai yang dijunjung tinggi? Bagaimana nilai-nilai tersebut tercermin dalam proposal kebijakan dan sikap moral? Debat Capres sering melibatkan pertanyaan tentang keadilan, kebebasan, kesetaraan, dan nilai-nilai fundamental lainnya. Aksiologi membantu kita memahami dasar filosofis di balik keputusan politik dan etika pemerintahan yang diusulkan oleh masing-masing kandidat.

Debat Capres, dalam perspektif filsafat, tidak hanya mencerminkan persaingan politik, tetapi juga menunjukkan perbedaan mendasar dalam pandangan epistemologi, ontologi, dan aksiologi. Melalui pemahaman filosofis ini, masyarakat dapat lebih kritis dalam mengevaluasi visi dan misi para calon, serta memahami implikasi filosofis di balik kebijakan yang diusulkan. Sebagai pemilih, kita dapat lebih sadar akan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pemimpin yang akan dipilih, dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat membentuk arah kebijakan dan tindakan pemerintahan.

Referensi:

[1] https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240204175225-617-1058396/live-report-debat-terakhir-capres-pemilu-2024 

[2] https://news.detik.com/pemilu/d-7176796/debat-kelima-pilpres-2024-anies-vs-prabowo-vs-ganjar-dimulai 

[3] Nurhadi, N. (2022). Debat Pemikiran dan Pergulatan Filsafat Moderen. YASIN2(3), 408-427.

[4] Basri, S. (2016). Dikotomi Konsep Birokrasi dan Demokrasi: Masalah yang bersifat Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. JIA Sandikta8.



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × one =