Penulis: Murteza Asyathri

Editor Wa Ode Zainab Zilullah T.

Dalam beberapa hari ini, istilah etik dan etika berseliweran di layar kaca maupun di medsos. Hal ini tidak lepas dari tren Debat Capres dan Cawapres menyongsong pemilu di tahun 2024 ini. Tetapi tahukah ZONErs bahwa istilah “etika” justru tidak sesederhana yang selama ini dipahami dan bahkan sangat filosofis untuk didefinisikan?

Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani (“ἠθικός” : ethikos) yang artinya “moralitas”. Menariknya, pembahasan etika awalnya adalah pembahasan filosofis menyangkut fenomena moralitas khususnya pertanyaan “mengapa kita mesti berbuat baik ketimbang berbuat buruk?”. Pertanyaan ini dapat dikategorikan sebagai pertanyaan etis. Dengan demikian, etika dapat dikatakan sebagai filsafat moral atau filsafat yang membahas mengenai fenomena moralitas.


Dengan kata lain, “etika adalah filsafat moral.” Etika di dalam pembahasan filsafat adalah salah satu cabang dari ilmu filsafat dan disandingkan dengan cabang filsafat lainnya, seperti Epistemologi dan Ontologi. Dalam konteks ini, “Epistemologi” berkenaan dengan cara mendapatkan pengetahuan, “Ontologi” membahas terkait persoalan Ada (being), sedangkan “Etika” menyangkut nilai tindakan manusia atau moralitas.

Di dalam filsafat, ada berbagai macam aliran Etika. Pada periode Yunani Kuno, ada “Etika Keutamaan” yang dicetuskan oleh Aristoteles. Dalam periode modern, ada “Utilitarianisme dan Deontologi.” Sedangkan pada periode kontemporer, ada “Etika Kepedulian” yang beralih atau bahkan pengembangan lebih lanjut dari Etika Normatif. Pada perkembangannya, dalam masa kontemporer juga ada aliran “Etika Lingkungan” yang merupakan cara pandang alternatif terhadap etika yang sebelumnya yang bersifat antroposentris.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Etika memiliki definisi sebagai:

  • Standar moral yang menjadi prinsip yang mesti dipegang di dalam suatu perkara. Seperti misalnya etika kedokteran, etika bisnis, dll.
  • Studi mengenai moralitas itu sendiri khususnya mengenai mengapa A itu baik atau buruk ditinjau secara filosofis.

Secara umum, masyarakat kita sering kali mencampuradukkan istilah “etika” dengan tata krama atau kepantasan yang sebenarnya disebut dengan “etiket”. Etiket diambil dari bahasa Prancis etiquette yang artinya “daftar perilaku seremonial di istana”. Artinya, etiket sangat relatif terhadap norma sopan-santun yang ada pada masyarakat tertentu. Ini tentu berbeda dengan etika yang berkaitan dengan prinsip moralitas.

Contoh sederhananya adalah misalnya, ketika seorang dokter melakukan melakukan operasi tanpa sepengetahuan pasien, perbuatan dokter ini dikatakan sebagai pelanggaran etis, karena menyalahi kode etik kedokteran. Namun, jika seorang anak muda menggunakan kata “elu” ketika memanggil orang lebih tua atau dalam pidato formal, maka ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran etiket.

Dapat disimpulkan bahwa “etika tidaklah sama dengan etiket”. Etika dalam definisi umumnya merupakan kesepakatan mengenai prinsip moralitas yang perlu dipegang sebagai pedoman dalam bertindak. Sedangkan, etika dalam kacamata akademisi atau filosofis bermakna studi tentang prinsip moralitas dalam terang filosofis. Namun, etiket adalah norma sopan-santun atau kepantasan yang disepakati oleh suatu masyarakat di dalam suatu budaya tertentu.

Jadi, apakah yang diperdebatkan saat debat capres itu etika atau etiket?

Referensi:

  • Suseno, Franz Magnis. (1987). Etika Dasar: Pustaka Filsafat.
  • Manuel Velasquez, Claire Andre, Thomas Shanks, S.J., and Michael J. Meyer. What is Ethics? https://www.scu.edu/ethics/ethics-resources/ethical-decision-making/what-is-ethics/


This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × four =