Hati sebagai Sumber Pengetahuan: Perspektif Murtadha Muthahhari

Stats: 146 Views | Words: 517

3 minutes Read








Penulis : Muhammad Ghifari Rahmanuddin
Editor: Wa Ode Zainab Zilullah

Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari seluk-beluk pengetahuan. Cakupannya membahas mengenai kemungkinan pengetahuan, terbentuknya pengetahuan, asal-usulnya, serta cara memperolehnya atau instrumen/alat yang digunakan.

Sepanjang perkembangannya, terdapat berbagai perspektif yang mempersoalkan instrumen pengetahuan. Akibatnya, terbagi dua poros pendapat, yaitu aliran empirisme dan rasionalisme.

Empirisme lebih menekankan pengalaman indrawi sebagai alat yang superior dalam mencapai pengetahuan. Salah satu tokohnya ialah John Locke yang memberikan analogi manusia seperti kertas kosong yang diisi oleh berbagai pengalaman (tabula rasa). Adapun rasionalisme lebih menekankan pada peran akal dalam hal silogisme dan mengkritisi kemungkinan kesalahan yang terjadi pada ranah indrawi.

Namun, Murtadha Muthahhari dalam ceramah-ceramahnya yang kemudian dibukukan dalam karyanya Teori Pengetahuan yang menyebutkan bahwa hati adalah salah satu instrumen pengetahuan selain indra dan akal. Hati yang dimaksud di sini bukanlah dalam wujud organ (liver) ataupun hati dalam terma Al-Quran, melainkan lebih tertuju pada penyucian jiwa atau yang dipahami dalam irfan.

Baginya, pengetahuan harus diperoleh secara komprehensif dengan wilayahnya masing-masing. Wilayah indra dan akal berbeda. Hati berada pada wilayahnya sendiri, tempat manusia yang dipengaruhi oleh hal-hal material dan nafsunya hendaknya menyucikan dirinya. Tidak seorang pun ahli psikologi dan psikoterapi mampu mengetahui jiwa manusia yang paling dalam selain diri manusia itu sendiri.

Jika kita mengibaratkan manusia sebagai ponsel, kamera adalah indranya dan prosesor adalah akalnya. Kamera tentu tidak dapat menangkap gambar realitas dengan jelas jika lensanya tertutup debu atau embun. Maka dari itu, proses pembersihan lensa, atau dalam analogi ini penyucian jiwa, adalah bagian yang melengkapi dan membantu agar manusia mencapai pengetahuan yang seutuhnya.

Hal ini serupa dengan kutipan dari Murtadha :

Hakikat adalah rumah yang terhias indah

Hawa nafsu adalah debu yang beterbangan

Tidakkah kamu melihat tatkala debu beterbangan

Penglihatan seorang tak mampu melihat meski tak buta

Selain itu, senada dengan analogi Jalaluddin Rumi :

Pada suatu hari diadakan lomba lukis antara orang cina dengan peradaban seni yang jauh lebih tinggi melawan orang Romawi. Lomba tersebut diadakan didalam suatu ruangan dengan masing-masing membuat satu lukisan untuk dibandingkan. Orang Cina dengan sibuk mengerjakan lukisannya sedangkan orang Romawi bukannya melukis, mereka menyiapkan cermin besar dan mengelapnya hingga bersih dan tak ada sedikit pun noda kotoran. Saat penilaian, cermin tersebut diletakkan di depan kanvas lukisan orang Cina, lalu juri memutuskan bahwa Orang Romawi pemenangnya. (Perumpamaan ini hanyalah sebuah dongeng, bukan fakta sejarah).

Dengan membersihkan hati dan jiwa, manusia mengenal dunia jauh lebih baik. Alam semesta menciptakan abstraksi alam yang objektif pada diri manusia, yaitu pengetahuan terhadap berbagai hal sesuai dengan apa adanya. Dengan kualitas diri yang bersih, lukisan alam objektif akan tercermin dengan baik.

Menurut Muthahhari, para ilmuwan dan filsuf seharusnya menyingkirkan berbagai kelemahan pada diri masing-masing. Sebelum berada di laboratorium, terlebih dahulu jadilah manusia. Jadilah manusia lalu masuk ke kelas, jadilah manusia lalu mengajarkan, jadilah manusia lalu dengarkan apa yang disampaikan oleh pengajar. Dengan begitu, kita akan mendapatkan pencerahan mengenai diri sendiri dan terhindar dari kesalahan dalam memperoleh pengetahuan.

 

Referensi

Muthahhari M. 2021. Teori Pengetahuan : Catatan Kritis atas Berbagai Isu Epistemologis. Jakarta Selatan: Sadra Press

Bahtiar A. 2023. Filsafat Ilmu. Depok: Rajawali Pers

Rahmah S. Hakekat Teori Pengetahuan dan Kebenaran dalam Konteks Pendidikan Islam. 2021. Cross Border, 4(2) : 685-707.





Citation format :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *