Ikhwan al-Safa

Stats: 99 Views | Words: 461

3 minutes Read




Identitas Ikhwān al-Ṣafā’ penuh kontroversial dan misterius. Ikhwān al-Ṣafā’ merupakan sebuah kelompok pemikir yang terdiri dari banyak orang. Ini berdasarkan teori Sufi yang diungkapkan oleh al-Din al-Safadi. Para sarjana dan akademisi yang mendukung teori ini adalah al-Alusi al-Baghdadi, Seyyed Hossein Nasr, Abdul Latief Tibawi, dan Ian Richard Netton.

Di samping teori Sufi, terdapat beberapa teori lain dari para peneliti, seperti: teori para Teolog Mu’tazilah, teori al-Majriti, teori para Imam Isma’iliyyah, dan teori para Intelektual Basrah abad ke 4.

Teori Sufi mendapat pembuktian dari dalam kitab Rasā’il Ikhwān al-Ṣafā’ langsung. Di bagian awal kitab, dideskripsikan bahwa Ikhwān al-Ṣafá menyebut diri mereka sendiri sebagai kelompok sufi murni (al-Khulasā’ al- ṣufiyyah). Kemudian mereka mendefinisikan diri mereka sebagai filsuf ketuhanan (al-Ḥukamā’ al-rabbāniyyīn) yang memahami ajaran sufistik dan ulama yang ahli filsafat (al-‘Ulamā’ al-mutafalsafīn).

Selain identitas yang begitu rumit dan penuh kontroversial, kemunculan Ikhwān al-Ṣafā’ dilatarbelakangi oleh kondisi sosial politik yang begitu khaos pada abad ke 4 H atau 10 M. Kondisi ini telah dimulai pada masa akhir kekhalifahan Abbasiyah

Landasan Pemikiran

Ikhwān al-Ṣafā’ terbuka dan menerima segala macam landasan pemikiran yang berkembang dalam Islam, seperti: Mu’tazilah, Isma’iliyah, Sufisme, Pythagorean, Neoplatonisme, Aristotelianisme, Hermes Trimegistus, Kristen, Yahudi, Persia, dan India. Ia disebut Filsuf Eklektik.

Magnum Opus

Rasā’il Ikhwān al-Ṣafā’ terdiri dari 4 jilid yang tersusun dari 52 risalah: 14 risalah ilmu matematika, 17 risalah ilmu alam, 10 risalah ilmu jiwa dan akal, dan 11 risalah ilmu teologi metafisik.

Pemikiran Utama

Ikhwān al-Ṣafā’  menuliskan pemikiran tentang bilangan matematika yang penuh nilai filosofis seperti nilai tauhid dan nilai penciptaan. Nilai tauhid tercermin dalam karakteristik bilangan 1 yang bersifat simpel, tidak terbagi dan tidak memiliki bagian. Bilangan 1 merupakan sumber dari bilangan-bilangan lain setelahnya dalam urutan tangga bilangan. Bilangan 1 diibaratkan seperti Tuhan yang Maha Esa. Tuhan tidak terbagi dan tidak memiliki bagian.

Tuhan merupakan sumber penciptaan alam semesta. Ikhwān al-Ṣafā’ mengatakan bahwa di dalam pengetahuan tentang bilangan 1 terdapat pengetahuan tentang Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Kuasa. Sedangkan nilai penciptaan tercermin dalam urutan tangga bilangan yang menggambarkan terciptanya bilangan 2, 3, 4, 5, dan seterusnya berasal dari bilangan 1.

Hubungan Tuhan dan alam bisa digambarkan dengan pola hubungan bilangan 1 dan bilangan-bilangan setelahnya. Manifestasi alam semesta yang tergambarkan dalam teori emanasi selaras dengan manifestasi bilangan dalam urutan tangga bilangan.

Referensi

Ikhwān al-Ṣafā’, Rasā’il Ikhwān al-Ṣafā’

Al Walid, K., Miri, M., Rijal, S., Lestari, A., & Norman, N. A. (2024). PHILOSOPHICAL VALUES IN NUMBER THEORY OF IKHWĀN AL-ṢAFĀ’. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 24(2).

Godefroid de Callatay, Ikhwān al-Ṣafā’: A Brotherhood of Idealists on the Fringe of Orthodox Islam

Ola Abdelaziz Abouzeid, A Comparative Study between the Political Theories of Al-Farabi and The Brethen of Purity





Citation format :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *