Kejahatan selalu menjadi suatu topik hangat dalam kehidupan. Bagi mahkluk yang mencari makna, kejahatan selalu layak untuk dipertanyakan. Kejahatan selalu berupaya untuk dihindarkan, namun toh nyatanya tetap selalu hadir dalam kehidupan manusia. Lalu apakah makna sebenarnya dari kejahatan? Mengapa kejahatan selalu hadir dalam kehidupan manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini kerap membuat manusia berpikir dan mencari penyebab kejahatan. Tidak jarang dalam kebuntuannya, manusia lalu mencari kambing hitam untuk setiap kejahatan yang terjadi dalam dunia. Berikut perspektif Thomas Aquinas.
Beragam kejahatan telah hadir seiring waktu berlalu. Terorisme, wabah penyakit, bencana alam, kelaparan dan banyak kejahatan lainnya tidak jarang membuat manusia kehilangan daya hidupnya. Kejahatan membuat manusia terjatuh dalam lubang kelam pertanyaan yang mendasar mengenai hakikat kehidupan. Kendati begitu, banyak orang dari lintas waktu telah mencoba memberikan pemaknaan akan kejahatan. Dari jaman peradaban Yunani hingga jaman modern, semua telah berupaya memberi arti pada kejahatan. Berbagai pemaknaan akan kejahatan kemudian disajikan kepada kita di masa sekarang.
Membincang Konsep Kejahatan
Di zaman sekarang ini konsep tentang kejahatan tentunya menjadi sebuah tantangan besar bagi konsep beriman suatu individu. Ketika beriman menawarkan pemikiran tentang Tuhan Yang MahaKuasa, kejahatan yang hadir di dunia tentu menjadi sebuah pertentangan besar terhadap konsep ketuhanan itu sendiri. Singkatnya, bagaimana Ketuhanan yang mahasegalanya harus membiarkan kejahatan tetap terjadi dalam kehidupan manusia?
Di antara banyak orang-orang yang mencoba memberi pemaknaan tentang kejahatan, filsuf Thomas Aquinas menjadi salah satu tokoh menarik yang memberikan pemaknaan mendalam tentang kehadiran kejahatan. Meskipun jawaban Thomas Aquinas belum final akan tetapi refleksinya dapat menjadi pijakan bagi kita untuk melihat kejahatan dari sudut pandang berbeda dari apa yang selama ini kita pikirkan sebagai manusia yang hidup di zaman modernitas.
Thomas Aquinas sebagai seorang filsuf yang juga teolog mendasarkan refleksi kejahatannya di bawah pondasi teologi katolik dan filsafat Aristoteles. Thomas Aquinas mengonsepkan kejahatan bukan hanya seperti dalam pemahaman jaman sekarang. Kejahatan dalam konteks Thomas Aquinas merupakan sesuatu hal yang terjadi yang bisa memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Maka kejahatan dalam hal ini bisa berarti terror, bencana alam dan juga penyakit. Thomas Aquinas sendiri memulai penjelasannya dari pencarian asal mula kejahatan.
Dia mempercayai jika entitas yang disebut sebagai Tuhan merupakan entitas Yang Mahakuasa. Kemahakuasaan Tuhan membuat Ia menjadi MahaSegala-NYA. Thomas Aquinas menjelaskan jika Tuhan yang MahaMencipta tidaklah mungkin sekaligus menjadi sumber kejahatan. Sebab jika Tuhan juga menciptakan kejahatan, maka tentu Allah akan menyangkal hakikat-Nya sebagai Yang MahaBaik. Hal ini membuat Thomas Aquinas dapat menyimpulkan jika kejahatan tidaklah tercipta secara substantial atau sudah ada sedari dulu melainkan keberadaan kejahatan justru tercipta secara aksidential.
Absennya Kebaikan
Kehadiran kejahatan yang terjadi secara aksidensial dipahami sebagai kehadiran yang muncul karena “Privatio Boni” atau dalam terjemahan bebas dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai “Absennya kebaikan”. Thomas Aquinas memahami bahwa manusia sebagai mahkluk ciptaan dan citra Allah adalah pribadi yang memiliki panggilan hidup untuk mengejar kebaikan. Tujuan tertinggi manusia adalah Allah karena Ia merupakan kebaikan tertinggi (supreme good).
Namun di sisi yang lain, Absennya kebaikan merupakan hal yang tidak terhindarkan sebab manusia adalah citra Allah mempunyai kehendak bebas. Manusia mempunyai kuasa untuk bebas memilih apa saja termasuk memilih hal yang berlawanan dengan kebaikan. Maka momen ketika manusia memilih untuk tidak memilih kebaikan, menjadi momentum ketidakhadiran kebaikan yang akan memunculkan kejahatan.
Akan tetapi, jawaban “Privatio Boni” tentunya dirasa masih jauh dari cukup dari apa yang diharapkan. Sebab kejahatan juga meliputi hal yang lebih luas daripada apa yang mampu dipikirkan. Tentu kita akan berpikir bahwa anak yang terlahir sakit, mereka yang tiba-tiba lumpuh tentu terjadi ataupun bencana alam yang tiba-tiba terjadi bukan terjadi karena tiadanya kebaikan. Jawaban tentang ketiadaan kebaikan tentu dirasa bukanlah menjadi suatu bahasa yang mampu menjelaskan kemalangan ini.
Kesimpulan
Maka ketika dihadapkan dengan hal ini, kita sebagai manusia mesti mengakui jika pada akhirnya kejahatan tetap menjadi suatu misteri yang mungkin tidak mampu dijelaskan dengan utuh. Kejahatan menjadi suatu pengalaman yang membawa manusia untuk menyadari keterbatasannya sebagai seorang ciptaan. Bahwa manusia mempunyai batas yang membuatnya tidak mampu mengerti seutuhnya tentang semua yang terjadi di dunia ini.
Ketika kejahatan itu mandek pada sebuah kebuntuan. Keberimanan justru memberikan harapan lewat kepercayaan kepada Tuhan. Kejahatan yang tidak mampu terjelaskan hanya mampu oleh orang beriman untuk dikembalikan kepada suatu entitas transenden yang disebut sebagai Tuhan. Kepercayaan orang beriman berani untuk meletakkan ketidakmampuan pada Tuhan Yang MahaSegala-Nya yang kerap kali “sengaja mengijinkan” kejahatan itu terjadi sebagai sebuah scenario kebaikan yang dia berikan kepada manusia yang adalah ciptaan-Nya.
Editor: Prayoga R. Saputra
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
One thought on “Konsep Kejahatan Perspektif Thomas Aquinas”