Membicarakan topik tentang Tuhan tentu takkan ada habisnya. Terlebih zaman sekarang, di mana rasionalitas peradaban manusia menjadi semakin maju. Manusia pada akhirnya menuntut pembuktian tentang eksistensi Tuhan bukan hanya lewat iman dan pelajaran agama. Namun, lewat rasionalitas berpikir yang sesuai dengan zaman.
Banyak orang kemudian berpikir bahwa Tuhan, layaknya ilmu pengetahuan lainnya, dituntut untuk bisa dapat “dibuktikan” keberadaannya. Baik lewat pembuktian bahwa Tuhan adalah suatu esensi yang mempunyai material layaknya makluk. Atau mungkin tanda-tanda yang bisa dijadikan acuan mengenai eksistensi Tuhan.
Dalam hal ini, “Mukjizat” merupakan suatu tanda yang paling nyata yang mampu dikenali manusia sebagai tanda eksistensi Tuhan. Walaupun di satu sisi, manusia juga mengetahui jika mukjizat adalah hal yang sangat jarang terjadi. Hal inilah yang lantas membuat manusia berpikir dan bertanya mengenai eksistensi Tuhan.
Filsafat Menalar Tuhan
Filsafat sebagai ilmu yang memikirkan secara keseluruhan tentang apa yang ada dalam kehidupan juga berupaya menalar Tuhan. Tercatat tidak sedikit dari para filsuf dari masa ke masa yang turut memberikan argumen logis tentang eksistensi Tuhan. Hal ini agar dapat dipahami dengan akal budi yang dimiliki manusia.
Namun ketika dihadapkan dengan hal ini, kita pertama-tama harus mengingat bahwa apa yang kita anggap sebagai Tuhan adalah suatu hal yang transenden. Dalam hal ini, Tuhan adalah sesuatu yang melampaui alam pikir manusia. Maka upaya membuktikan Tuhan layaknya seperti membuktikan sebuah hipotesa dalam ilmu pengetahuan tentunya akan terdengar sebagai komparasi yang tidak “apple to apple”. Hal yang transenden tidak akan pernah mampu diukur secara adil ketika acuan yang dipakai adalah pengukuran secara materil.
Tidak jarang pada akhirnya hal ini membuat sebuah kebuntuan dan juga sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang mungkin terdengar meragukan bagi yang sudah beriman tentang Tuhan dan terdengar menjadi sebuah tantangan berat bagi mereka masih berupaya untuk menalar Tuhan. “Apakah Tuhan memang sulit untuk dinalar?”
Argumentasi Franz Magniz Suseno
Pertanyaan ini kemudian coba untuk dijawab oleh seorang Filsuf bernama Franz Magniz Suseno, seorang imam katolik dan juga filsuf yang lama berkarya dan tinggal di Indonesia. Dalam konteks ini, argumen yang diberikan olehnya bukanlah sebuah argumen apologetik, tetapi justru logis.
Franz Magnis Suseno mendasarkan argumennya pada kemampuan manusia sebagai mahkluk materialis. Baginya, apa yang mampu dipikirkan manusia adalah suatu hal yang pasti sebelumnya pernah dia lihat ataupun dialami. Seperti misal konsep mengenai tokoh super hero yang bisa terbang. Tentu konsep itu bisa muncul karena manusia mengalami dan pernah melihat sebuah mahkluk yang bisa terbang. Dalam hal ini bisa saja itu adalah unggas atau pun pesawat. Konsep mengenai sesuatu yang bisa terbang mampu dipikirkan manusia hanya bisa terjadi karena ia pernah mengalami dan melihat hal itu.
Maka ketika hal yang sama kita gunakan dalam upaya menalar Tuhan, kita pun akan menemukan suatu petunjuk. Konsep tentang Tuhan ataupun sebuah entitas adikodrati tentunya tidak akan mampu digambarkan manusia apabila hal ini tidak pernah mereka lihat dan mereka alami. Hanya karena perkenaan manusia entah itu melihat ataupun mengalami tentang suatu entitas adikiodrati sajalah yang mampu membuat manusia memiliki konsep tentang Tuhan. Maka hal ini tentunya membawa kita pada pengertian bahwa setidaknya walaupun tidak bisa dipahami seutuhnya, eksistensi Tuhan menjadi nyata ketika dibawa dalam penjelasan logis ini.
Simpulan
Namun meskipun begitu, Franz Magniz Suseno juga menyadari jika penalaran logis ini tidak akan serta-merta membawa seorang manusia lantas menjadi mengimani Tuhan. Walaupun penalaran Tuhan itu memungkinkan. Keputusan untuk mengimani Tuhan adalah suatu hal yang melibatkan keterbukaan dan kebebasan memilih yang hanya mampu dilakukan manusia. Ketika manusia memilih untuk mengimani suatu entitas yang dinamakan sebagai Tuhan.
Editor: Ahmed Zaranggi
Referensi:
– Magnis-Suseno, F., 2006. Menalar Tuhan. Penerbit PT Kanisius.
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.