Di Negara Jepang istilah filsafat dikenal dengan Kitetsugaku yang berarti ilmu mencari kebijaksanaan. Filsafat ini diperkenalkan oleh Nishi Amane pada tahun 1862. Setelah 12 tahun kemudian istilah ini disingkat menjadi tetsugaku. Secara historis filsafat Jepang ini merupakan perpaduan dari agama Shinto, Buddha, Taoisme dan Konfusianisme. Dahulu sangat dipengaruhi oleh filsafat cina dan filsafat India.

Adapun aliran-aliran filsafat di Jepang yakni sebagai berikut

1. Aliran filsafat Zen

Filsafat Zen masuk di Jepang sekitar tahun 1200 M. Aliran ini menekankan kepada disiplin dalam melakukan semadi untuk mencapai sebuah pencerahan dan menolak doa-doa atau kepercayaan terhadap adanya juru selamat.

Aliran ini terbagi menjadi dua golongan. Pertama, Soto Zen dengan tokohnya yang bernama Dogen. Ia merupakan seorang guru Zen yang terkenal di Jepang. Soto Zen ini penganutnya banyak dari kalangan petani. Mereka bergerak dalam kegiatan sosial, selain itu, memiliki perguruan tinggi dan sekolah yang cukup banyak. Kedua, aliran Rinzai dengan tokohnya yang Bernama Eisai.  Aliran tersebut berkembang di kalangan militer dan aristokrat.

2. Aliran filsafat Amida

Filsafat aliran Amida berkembang setelah tahun 950 di Jepang. Aliran ini mengemukakan bahwa suatu ajaran keselamatan yaitu percaya kepada Buddha secara mutlak. Kemudian menyebut Amida sebagai orang yang akan memperoleh keselamatan. Aliran ini mendapatkan banyak pengikutnya dari golongan petani dan menjadi agama messianisme. Objek pemujaan aliran ini adalah patung Amida Buddha dan patung Budhisatwa Kwan In yang melambangkan kemurahan dan juga patung Daiseishi sebagai lambang kebijaksanaan.

3. Aliran filsafat Jepang Nichiren Shoshu

Arti dari Nichiren Shoshu sendiri adalah sekte benar. Nichiren, Nichiren Shoshu ini didirikan pada tahu 1253 oleh pendeta Nikko, murid dari pendeta Nichiren. Aliran ini merupakan salah satu sekte Buddha yang cukup unik. Keunikan dari aliran ini yakni tidak menyembah arca Buddha seperti yang dilakukan menganut Buddha lainnya. Sebagai gantinya menganut aliran ini meletakan Mandara yakni sebuah tulisan Jepang yang berisikan mantra atau tulisan suci yang dikeramatkan. Tujuan dari hal tersebut yakni untuk mengembalikan agama Buddha kepada bentuknya yang murni. Kemudian dijadikannya dasar bagi perbaikan masyarakat Jepang. Mereka menolak ritual aliran tanah suci, melawan semua kesalahan, agresif, patriotis tetapi eksklusif.

4. Aliran filsafat Yoshida Shinto

Pada abad ke 14 muncul aliran keagamaa yang lebih bercorak shintoyang dipadukan dengan agama Buddha dan konfusianisme. Menurut aliran ini, agama Buddha dapat dianggap sebagai buah dan bunga dari semua darma di alam ini. Lalu konfusianisme sebagai rantingnya, dan agama shinto sebagai akar dan batangnya.

5. Aliran filsafat Neo-Konfusius

Pada masa 200 tahun, 1608 dan abad ke 19 pemikiran konfusius di Jepang berkembang menjadi beberapa kelompok. Yakni diantaranyya: pertama, kelompok Kumazan Banzan (1619-1991), menempatkan moral di atas kepentingan negara. Kedua, Ogyu Sorai (1666-1728), menolak pemikiran tindakan penguasa harus berdasarkan pada moralitas, karena melihat Shogun sebagai penguasa mutlak.

6. Aliran filsafat Mito

Aliran mito ini, dipelopori oleh Tokugawa Mitsukuni (1628-1700). Para anggotanya terdiri dari para ahli sejarah yang sangat berminat dalam mempelajari naskah-naskah Jepang kuno. Kemudian berusaha untuk membangkitkan perhatian masyarakat terhadap sejarah budaya dan agama asli.

Sekian uraian singkat aliran-aliran filsafat yang berkembang di Jepang. Semoga kita terus mempelajari filsafat lintas negara, budaya dan waktu. Sehingga dapat memperoleh kebijaksanaan dan diaplikasikan dengan tekun dalam kehidupan sehari-hari.

 

Editor: Ahmed Zaranggi



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eight + 5 =