Penulis: Diky Kurniawan Arief
Editor: Wa Ode Zainab Zilullah T

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup di era di mana seluruh aktivitas bergantung pada teknologi. Setiap aspek kehidupan modern, mulai dari komunikasi, pendidikan, hingga ekonomi, tidak lepas dari cengkeraman teknologi. Teknologi telah menjadi tulang punggung yang menopang keberlangsungan aktivitas sehari-hari, memungkinkan kita terhubung dengan dunia dalam hitungan detik, mengakses informasi tanpa batas, dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai bidang.

Ketika kita berbicara tentang kebijakan publik, tahapan yang pasti dilalui dalam merancangnya adalah mengumpulkan data, mengolahnya, dan menganalisis hasilnya untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah yang ada. Setelah itu, dilakukan proses pengesahan yang tentunya harus melewati banyak pertimbangan oleh beberapa pihak. Dalam hal ini, manusia sebagai subjek sekaligus objek utama teknologi seharusnya menaruh perhatiannya pada hal ini.

Alih-alih membincangkan efisiensi teknologi yang mutakhir, filsafat teknologi datang untuk memahami apa itu teknologi pada level yang lebih kritis daripada sekadar melihatnya sebagai alat atau sarana. Filsafat teknologi berusaha untuk menjawab pertanyaan mendasar seperti bagaimana teknologi membentuk cara kita melihat dan berinteraksi dengan dunia, apakah penggunaan teknologi ini berkeadilan dan etis, serta menawarkan perspektif jangka panjang.

Sebagaimana yang dikatakan Martin Heidegger, seorang filsuf eksistensialisme asal Jerman, yang juga banyak membahas tentang teknologi, bahwasanya teknologi modern tidak hanya mengubah dunia fisik, tetapi juga cara kita memandang dunia. Dengan teknologi, dunia diperlakukan sebagai sumber daya yang dapat diolah dan dimanipulasi untuk kepentingan manusia. Proses ini, yang ia sebut “enframing,” membatasi cara kita melihat dan memahami dunia, mengubah segalanya menjadi objek yang siap digunakan.

Lantas apa keterkaitannya dengan kebijakan publik? 

Sebagian besar masyarakat belum menyadari bahwa keterkaitan filsafat teknologi dengan kebijakan publik sangat erat. Sebab, kebijakan publik merupakan alat utama yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatur, mengelola, dan memanfaatkan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan memahami esensi dan dampak teknologi melalui perspektif filsafat, pembuat kebijakan dapat merumuskan kebijakan yang lebih bijak, adil, dan berkelanjutan.

Misalnya, dalam menghadapi masalah keamanan siber dan privasi data, pendekatan filosofis dapat membantu pembuat kebijakan melihat masalah ini bukan hanya sebagai tantangan teknis, tetapi juga sebagai isu etis yang memerlukan tanggung jawab moral. Filsafat teknologi mengajarkan pentingnya menghargai nilai intrinsik dari data pribadi. Data individu bukan hanya sekumpulan angka, tetapi mencerminkan identitas dan kehidupan seseorang. Oleh karena itu, kebijakan privasi data harus dirancang untuk melindungi hak-hak individu atas informasi mereka.

Luciano Floridi, seorang filsuf asal Italia yang banyak menyinggung tentang etika informasi mengatakan bahwa teknologi informasi telah mengubah cara kita berinteraksi dengan masyarakat. Floridi mengembangkan konsep “dehumanisasi masyarakat informasi” yang menjelaskan bagaimana teknologi informasi dapat berakibat pada dehumanisasi masyarakat. Ini berarti teknologi informasi dapat berakibat pada perubahan perilaku masyarakat dan bagaimana kebijakan publik dapat diarahkan untuk mengantisipasi dampak tersebut.

Tak syak, pada dasarnya, teknologi selalu berkembang pesat seiring zaman. Namun, manusia sebagai makhluk rasional dan potensial harus memastikan bahwa teknologi tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai etika, keadilan, dan keberlanjutan dalam pengembangannya. Hal ini mendukung visi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif, di mana teknologi berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama masyarakat secara menyeluruh.

Referensi
Drianus, Oktarizal. “Manusia di Era Kebudayaan Digital: Interpretasi Ontologis Martin Heidegger.” Mawaizh : Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan 9, no. 2 (2018): 178–99.

Taufik Asmiyanto, Author. “Dehumanisasi masyarakat informasi: Sebuah refleksi kritis terhadap Etika Informasi Luciano Floridi.” Universitas Indonesia Library. Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018. lib.ui.ac.id.



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − 8 =