Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika (PPIDK TIMTENGKA) menggelar rangkaian pertama dari Madrasah Puskaji pada 14 April 2022. Serial Webinar tersebut mengusung “Kelas Penulisan Karya Ilmiah dan Kajian Isu Kontemporer”. Salah satu program kegiatan Ramadhan Festival 2022 ini diselenggarakan oleh PPIDK TIMTENGKA bekerja sama dengan Zona Nalar sebagai Media Partner.
Webinar dibuka dengan Opening Speech dari Hafidz Alharomain Lubis selaku Koordinator PPIDK TIMTENGKA (2021-2022) dan Habib Izuddin bertindak sebagai Ketua Panitia Madrasah Puskaji, Ramadhan Festival. Adapun Host yang memandu jalannya kegiatan ialah Arfilia Rakhmawati selaku Staf Dep. Pusat Kajian & Literasi, PPIDK TIMTENGKA.
Acara diawali dengan pembacaan basmallah, serta pemutaran lagu Indonesia Raya dan Mars PPI Dunia. Adapun prinsip dasar yang melatarbelakangi kegiatan ini bahwa “kekosongan itu perlu diisi”, terutama dengan program pendidikan yang bermanfaat selama Ramadhan. Peserta yang mengikuti Kelas Penulisan Karya Ilmiah sekitar 45 orang dari berbagai kalangan.
Pada webinar pertama ini, Madrasah Puskaji menghadirkan dua narasumber, yaitu Afifah Muharikah, S. S, M. Hum., Ph. D. (Cand.) sebagai Wakil Direktur Penelitian dan Kajian PPI Dunia dan Muhammad Aswin Rangkuti, M. Pd., Ph. D. (Cand.) yang merupakan Direktur Penelitian dan Kajian PPI Dunia. Adapun tema yang diangkat oleh kedua narasumber bertajuk “Dasar-dasar dan Etika dalam Menulis Karya Ilmiah”. Pada penghujung acara, terdapat sesi tanya-jawab yang berlangsung interaktif antara peserta dan para narasumber.
Karya Ilmiah, Wadah Diskusi dengan Scholars
Narasumber pertama, Afifah Muharikah, memaparkan tentang “Kemampuan dan Etika dalam Penulisan Karya Ilmiah”. Penulisan akademik itu melibatkan ide-ide peneliti, tetapi disajikan sebagai respons terhadap pemikiran sebelumnya. Afifah mengungkapkan bahwa setiap penulisan itu berbeda, tergantung dengan pembacanya. Adapun sifat academic writing atau ciri karya ilmiah, antara lain terdiri dari ide, objektif, formal, terstruktur, simple, logis, dan kehatia-hatian dalam argumen.
Perempuan yang merupakan Ph.D. Cand. pada School of Humanity, Language, and Social Science, Griffith University, Australia ini menyuguhkan tentang skills penting dalam penulisan akademik, yaitu Contextualization, Summarizing, Quoting, Sourcing, Agreeing and Disagreeing, dan Evaluating. Peneliti yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris ini menyuguhkan sejumlah text berbahasa Inggris untuk simulasi menjelaskan tentang poin-poin tersebut agar peserta bisa membedakan dengan jelas.
Adapun dosa terbesar dalam karya ilmiah adalah kelalaian peneliti dalam mensitasi karya orang lain. Hal ini terkait dengan etika dalam penulisan akademis. Jadi, ketika mengutip karya seseorang, peneliti harus menggunakan tanda petik [“…”] agar tidak terjebak pada plagiarisme, diikuti sumber referensi. Referensi yang digunakan narasumber adalah American Psychological Association (APA).
Selain itu, Muharikah mengungkapkan bahwa karya ilmiah itu merupakan diskusi dengan scholars atau pemikir sebelumnya. Namun, peneliti yang memilihnya sesuai dengan problem penelitiannya. Dalam closing statement, narasumber pertama menyatakan bahwa menulis adalah proses. Bahkan, Muharikah mengakui bahwa sampai sekarang masih belajar menulis. Ia menyadari, tokoh utama dalam menulis adalah pembaca. Kemudian, hal terpenting dalam penulisan karya ilmiah adalah menulis, mengedit, dan teman yang bersedia membaca tulisan sebelum dipublikasikan.
Menulis: Proses dan Perjuangan Berkelanjutan
Sementara itu, narasumber kedua, Muhammad Aswin Rangkuti, mengulas tentang “Sistematika Menulis Karya Ilmiah”. Ph. D. Candidate pada Department of Science Education, University of Copenhagen, Denmark ini menegaskan bahwa penulisan karya ilmiah dalam ilmu sosial, sains, dan agama berbeda. Menurutnya, academic writing dalam ilmu sosial lebih sulit karena membutuhkan kata-kata yang lebih banyak dibandingkan jurusan ilmu alam.
Mengutip University of Leeds, karya ilmiah adalah tulisan yang jelas, padat, fokus, terstruktur yang didukung oleh bukti-bukti, serta bertujuan untuk membantu pemahaman pembaca. Adapun karakteristik academic writing antara lain: terencana dan fokus, terstruktur, ada bukti-bukti, serta gaya dan tone yang formal. Selain itu, peneliti yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu Fisika ini memaparkan jenis-jenis karya ilmiah, yaitu deskriptif, analitik, persuasif, dan kritikal.
Pada umumnya, karya ilmiah menggunakan kerangka “S-P-R-E”, yaitu Situation, Problem, Response, dan Evaluation. Kerangka ini digunakan untuk menstruktur kerangka berpikir, kerangka penelitian, dan kerangka menulis. Kemudian, pola tersebut bermanfaat untuk merencanakan projek penelitian, proposal penelitian, abstrak, laporan, artikel dan disertasi, atau mendesain persentasi. Namun, kerangka SPRE ini bisa diberlakukan tidak berurutan dalam penulisan karya ilmiah.
Aswin mengingatkan agar menghindari bahasa kasual dalam penulisan akademik, serta menyingkat kalimat dan nama. Selain itu, peneliti harus menggunakan bahasa yang netral dan objektif; dalam artian, hindari menggunakan orang pertama dalam tulisan. Selain menjelaskan tentang penggunaan present dan past tense, laki-laki yang berprofesi sebagai dosen ini juga mengulas tentang bagaimana mengungkapkan pendapat dalam karya ilmiah.
Kemudian, tak lupa Aswin menjelaskan tentang alur paragraf yang baik, seperti terstruktur dan bagaimana mengatur referensi dengan menggunakan “End Note” atau bisa juga Mendeley. Dalam closing statement, Aswin mengakui cukup berjuang untuk membuat tulisan bahasa Inggris. Senada dengan narasumber pertama, menurutnya menulis juga merupakan proses. Menulis itu harus belajar, serta dilakukan secara berkelanjutan. []