Dewasa ini, penetrasi zaman modern menginjeksi dalam segala sendi kehidupan, terutama kemajuan teknologi, yang sayangnya mengabaikan nilai-nilai etis. Sehingga, problem etis tak terlakkan, seperti tindakan agresif yang mencolok terhadap alam, seperti tumpahan minyak yang besar, pembakaran hutan tropis, pembalakan liar, dan eksploitasi terhadap alam lainnya. Selain itu, agama yang mana mengandung ajaran moral pun berpotensi disingkirkan oleh modernitas; sehingga sulit sekali untuk menyaring dan mengkritisi nilai baik dan buruk yang timbulkan oleh teknologi.
Dalam konteks ini, etika yang menjadi garda terdepan dalam merawat kemanusiaan perlu dihidupkan kembali sebagai kritik terhadap modernitas. Dalam hal ini, modernitas tidak dipahami sebagai periodesasi, melainkan ciri yang menonjol pada modernitas ialah jauh dan terpisahnya manusia dengan Tuhan. Bahkan, teknologi yang dihasilkan oleh manusia sekarang dapat menggantikan peran manusia itu sendiri; sains dan teknologi yang justru menjadi parameter nilai manusia.
Menurut Franz Magnis Suseno, etika bukanlah ajaran moral melainkan pemikiran kritis dan mendasar terhadap ajaran-ajaran moral. Etika bukan hanya mengkritisi soal baik dan buruk tetapi lebih kepada melahirkan sikap bertanggung jawab. Sebagai kritisisme, kata Franz Magnis menyebut etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, pandangan-pandangan moral secara kritis.
Dalam hal ini, etika berperan dalam membentuk masyarakat kritis, dalam hal ini, Franz Magnis Suseno menjelaskan empat alasan mengapa etika pada saat ini semakin diperlukan, diantaranya:
- Kita yang hidup dalam masyarakat plural yang juga menghasilkan normal moral yang beragam. Agar dapat pendirian dalam beragamnya norma moral diperlukan refleksi kritis atas etika.
- Etika membantu kita agar tidak kehilangan orientasi ditengah tantangan zaman modern.
- Banyaknya ideologi-ideologi yang ditawarkan oleh masyarakat modern, etika diperlukan untuk menghadapi ideologi tersebut dengan kritis dan obyektif dalam membentuk penilaian sendiri.
- Etika membantu umat beragama untuk menguatkan keyakinan mereka.Dalam h
Etika saat ini bukan hanya sekedar mendeskripsikan penilaian baik dan buruk, tapi harus turut andil pembentukan keilmuan yang utuh. Semua disiplin keilmuan harus sama-sama terhubung demi mencapai kebahagiaan umat manusia. Bangunan ilmu haruslah utuh, mulai ontologi, epistemologi dan aksiologi. Etika dapat berperan sebagai aksiologis dari ilmu yang dihasilkan oleh modernitas. Seandainya aspek etis masuk kedalam pembuatan teknologi, maka teknologi tersebut akan menjamin kebahagiaan umat manusia, jika tidak menjamin kebahagiaan manusia maka sudah sepantasnya untuk ditinggalkan.
Etika turut dihubungkan dengan ilmu-ilmu lain agar tercipta keilmuan yang utuh sehingga penerapannya pun akan utuh juga. Misalkan, sains yang selama ini tidak menjamah wilayah moral, dan disitu etika harus masuk kedalam wilayah sains agar apa yang dihasilkan oleh sains yang dibantu oleh etika menghasilkan pengetahuan maupun teknologi yang dapat memberikan arti penting dan berarti bagi manusia bukan malah memperburuk bahkan menghacurkan peradaban manusia.
Untuk mengkoneksikan setiap disiplin ilmu, perlu mempunyai prinsip dari beragam disiplin ilmu bahwa setiap ilmu memiliki kebenaran yang relatif, hal ini untuk menghindari logosentrisme, karena jika ada satu saja ilmu yang merasa memiliki kebenaran absolut dan menjadi pusat segala ilmu, ruang koneksi antar ilmu sangat sulit dirumuskan. Dalam menghadapi modernitas memerlukan memerlukan integrasi ilmu. Setiap disiplin ilmu harus saling terkoneksi demi mencapai keilmuan yang holistik.
Referensi:
Abdullah, Amin. Falsafah Kalam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1905. Agus, Bustanuddin. Integrasi Sains dan Agama. Jakarta: UI-Press. 2013. Alfan, Muhammad. Filsafat Etika Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2011. Kartanegara, Mulyadhi. Gerbang Kearifan. Jakarta: Lentera Hati. 2006. Kartanegara, Mulyadhi. Lentera Kehidupan. Bandung: Mizan. 2017.
Nasr, Seyyed Hossein dan Oliver Leaman. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam Buku Kedua.
Bandung: Mizan. 2003.
Nasr, Seyyed Hossein. Problematika Krisis Spiritual Manusia Kontemporer. Terj.
Muhammad Muhibbuddin. Yogyakarta: IRCiSoD. 2002.
Nasr, Seyyed Hossein. Islam, Sains dan Muslim. Terj. Muhammad Muhibbuddin.
Yogyakarta: IRCiSoD. 2022.
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius. 1987.
Penulis: Akhmad Fawzi
Editor: Wa Ode Zainab Z.T.
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.