PENULIS: Wa Ode Zainab Zilullah T
EDITOR: Murteza Asyathri
Pada penghujung tahun 2023, kampanye pro-Palestina di media sosial marak menggunakan ilustrasi buah semangka. Fenomena ini bukan sekadar menghindari shadow banned terhadap akun media sosial yang menggunakan hashtag #FreePalestine atau konten tentang Palestina, tetapi juga dalam rangka menunjukkan solidaritas yang sejalan dengan perjuangan bangsa Palestina. Semangka juga merupakan buah yang tumbuh subur di tanah Palestina.
Pembahasan ini relevan dan signifikan dalam konteks kekinian. Selain itu, pada Pembukaan UUD 1945 menyaratkan agar bangsa Indonesia menyuarakan kemerdekaan bagi bangsa yang terjajah. “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Pada tulisan ini, kami akan mengulasnya dari sudut pandang Semiotika.
Merujuk pada sejarah, pada tahun 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat dan Gaza, semangka mulai digunakan sebagai simbol perlawanan oleh warga Palestina. Pemerintah Israel melarang pengibaran bendera Palestina, sehingga semangka dijadikan alternatif karena warnanya mencerminkan warna bendera Palestina. Larangan tersebut baru dicabut pada tahun 1993 sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, yang juga menandai pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina serta pembentukan Otoritas Palestina.
Bagaimana simbol semangka ini ‘dibedah’ dengan Semiotika?
Zoest mendefinisikan Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh yang mempergunakannya. (Zoest, 2003: 4) Selain itu, Ferdinand deSaussure dalam Course in General Linguistics, mendefinisikan semiotika sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. (Fiske, 1990: 15)
Dengan kata lain,semiotika adalah ilmu tentang tanda atau ilmu yang mempelajari sistem konvensi yang memungkinkan tanda-tanda dianalisis maknanya. Tanda-tanda tersebut dapat berupa simbol gerakan anggota badan, tulisan, warna, bendera, pakaian, film, karya seni, karya sastra, dan lainnya yang ada dalam kehidupan ini.
Sementara itu, apa yang dimaksud dengan simbol?
Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungan bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. ”(Jabrohim, 2001: 68).
Dalam konteks ini, simbol semangka merupakan tanda yang merujuk pada “bendera Palestina”.
Relasinya:
Penanda—-Petanda
Semangka—— Palestina
PENANDA: Signifier/Signifying/dilalah lafziyah wadh’iyyah/simbol
PETANDA: Signified/Concept/tashawwur/makna
Dalam semiotika signifikansi, tanda tidak dapat dilihat secara individu, tetapi dalam relasi dan dan kombinasinya dengan tanda-tanda lainnya di dalam sebuah sistem. (Barthes, 1967; 125). Pada konteks “semangka”, maka secara semiotika signifikansi termasuk tingkat pertandaan “denotasi”. Menurut Roland Barthes, denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan antara penanda dan petanda yang menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Ini merupakan tingkatan yang paling konvensional di dalam masyarakat, yaitu elemen-elemen tanda yang maknanya disepakati secara sosial.
Adapun makna semangka bagi bangsa Palestina:
Kulit Tebal: Kekuatan Rakyat Palestina
Semangka, yang memiliki kulit yang kokoh, melambangkan ketahanan dan kekuatan rakyat Palestina dalam menghadapi tantangan serta penindasan. Kulit yang kuat menjadi simbol ketabahan hati mereka yang terus berjuang untuk mencapai keadilan.
Biji yang Melimpah: Kekayaan Tanah Palestina
Biji-biji di dalam semangka mencerminkan kekayaan alam yang melimpah di Palestina. Tanah yang subur dan penuh berkah, sebagaimana diwakili oleh biji-biji semangka, mencerminkan potensi dan kekayaan yang seharusnya dinikmati oleh seluruh masyarakat Palestina.
Merah Darah Kemerdekaan: Perjuangan Tanpa Henti
Warna merah pada daging semangka mencerminkan semangat perjuangan yang tak kenal lelah untuk mencapai kemerdekaan Palestina. Setiap irisan semangka menjadi pengingat bahwa perjuangan mereka tidak boleh terlupakan, dan merah adalah lambang darah yang telah dicurahkan untuk hak dan keadilan.
Rasa Manis Pembebasan, Impian Palestina
Rasa manis semangka mencerminkan cita-cita manis pembebasan yang selalu tersemat dalam hati setiap warga Palestina. Meskipun dihadapkan pada situasi sulit, mereka terus merawat impian untuk hidup dalam kedamaian dan keadilan.
Kendati demikian, pro-kontra terkait penggunaan simbol “semangka” muncul di tengah warganet. Kalangan yang pro menyatakan bahwa “semangka” merupakan tanda yang merepresentasikan solidaritas bagi kemerdekaan bangsa Palestina. Berdasarkan alasan agar perjuangan lebih meluas karena tanpa khawatir adanya banned dari sejumlah media sosial. Namun, ada juga kalangan kontra yang berpandangan bahwa penggunaan “semangka” menandakan afirmasi/ menyetujui larangan pengibaran bendera Palestina yang dilakukan oleh pihak Israel.
Referensi:
Barthes, Roland. 1967. Element of Semiology. New York: Hill & Wang.
Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies. London: Routledge.
Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Aart Van Zoest, 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.