Filsafat sebagai sebuah ilmu yang bersifat universal dan holistis mengkaji hampir seluruh hal—yang ada atau mungkin bisa saja ada. Salah satu persoalan yang rumit dalam filsafat adalah soal kehendak manusia. Apakah manusia mempunyai kehendak bebas atau justru perbuatan manusia telah ditentukan (predestinasi)? Pemikiran ini menimbulkan konsekuensi yang begitu serius.

Permasalahan ini tidak terlepas dari doktrin manusia sebagai makhluk yang ada pada dirinya sendiri. Kehendak bebas merupakan pemikiran yang meyakini bahwa manusia bertanggung jawab atas semua kehendaknya. Jean Paul Sartre berpendat “manusia dikutuk untuk bebas”.

Sebaliknya, juga terdapat pemikiran bahwa kehendak manusia tidak sepenuhnya atas kesadaran manusia itu sendiri. Dengan kata lain, ada sesuatu yang mengintervensi perbuatan manusia. Corak pemikiran ini sangat kental dalam pemikiran teosentrisme. Dalam tradisi filsafat pemikiran ini dikenal dengan istilah predestinasi.

Predestinasi

Perihal predestinasi adalah persoalan yang berkenaan dengan kehendak Tuhan dan takdir Tuhan. Predestinasi menimbulkan problematika yang dilematis. Jika memang kehendak manusia telah ditentukan, apakah Tuhan bertanggung jawab atas keburukan-keburukan manusia? Dan sebaliknya jika, tindakan manusia tidak ditentukan maka kekuasaan Tuhan dibatasi oleh kekuasaan manusia.

Ini menjadi persoalan besar yang coba dituntaskan oleh para teis dan filosof yang membela keyakinan tertentu. Sebut saja St. Agustinus dan, Luther King, dan John Calvin di umat Kristiani.

Berikut beberapa tradisi filsafat dan teistik yang mengandung corak predestinasi dalam ajarannya.

Pemikiran Teologis St. Agustinus

St. Agustinus menjelaskan bahwa Tuhan Maha Kuasa terhadap seluruh ciptaannya. Tuhan berkehendak menciptakan sebagian untuk diselamatkan melalui jalan kristus sedangkan sebagian yang lain (ada juga yang membantah bahwa Agustinus mengajarkan teodesi ganda)—ini disebit teodesi ganda, dan diadopsi secara keselruhan oleh John Calvin.

St. Agustinus mencoba membangun pondasi bagi predestinasi dalam kehendak manusia. Uniknya, St. Agustinus tidak membuang sama sekali kehendak bebas manusia. Bagi Agustinus, manusia diberikan kehendak bebas untuk menjalankan kehendak Tuhan. Agustinus menulis:

Tuhan] berjanji bukan dari kekuatan kehendak kita tetapi dari takdir-Nya sendiri. Karena Dia menjanjikan apa yang Dia sendiri akan lakukan, bukan apa yang akan dilakukan manusia. Karena, meskipun manusia melakukan hal-hal baik yang berhubungan dengan penyembahan Tuhan, Dia sendiri yang menyuruh mereka melakukan apa yang Dia perintahkan; bukan mereka yang menyebabkan Dia melakukan apa yang telah Dia janjikan. Jika tidak, pemenuhan janji-janji Allah tidak akan berada dalam kuasa Allah, tetapi dalam kuasa manusia

Filsafat Sejarah Hegel

Hegel menulis sebuah buku berjudul Phenomenology of Spirit. Dalam buku yang “gelap gulita” ini Hegel menunjukkan bagaimana perjalanan historis roh dalam upaya mencapai kesadaran dan membebaskan diri dari keterasingan. Hegel menggunakan kata roh yang diterjemahkan sebagai pikiran dan ada juga yang menginterpretasikan roh tersebut dengan Tuhan. Franz Magnis Suseno (2019) menulis:

“Menurut Hegel, dalam kesadaran manusia, Allah mengungkapkan diri. Kita merasa berpikir dan bertindak menurut kehendak atau selera kita, tetapi di belakangnya “roh semesta” mencapai tujuannya…….Seakan-akan kita ini wayang, wayang-wayang dengan kesadaran, pengertian, dan kemauan sendiri, namun tetap berada di tangan sang dalang. Jadi, roh semesta adalah  pelaku sejarah yang sebenarnya, tetapi seakan-akan dari belakang layar.”

Aliran Jabariyyah

Jabariyyah merupakan salah satu aliran pemikiran dalam ilmu kalam. Ilmu kalam yang juga dikenal sebagai ilmu tauhid merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang Tuhan, firman, takdir, dan atribut lainnya yang melekat pada entitas ketuhanan. Pemikiran Jabbariyyah pertama kali digagas oleh Ja’ad bin Dirham, pada abad ke 70 H. Kehadiran Jabbariyyah turut mewarnai pemikiran teologis Islam di samping Mutazilah, Qadariyyah, Murji’ah, Khawarij. Jabbariyyah disebarkan oleh Jahm Ibnu Shafwan. Jabbariyyah berasal dari kata al-jabr, di mana Imam al-Syahrastani memaknai al-jabr dengan nafy’ al-fil haqiqatan an al-abdi wa idhafatihi ila ar-rabb—menolak adanya perbuatan manusia dan menyandarkan semua perbuatannya kepada Allah)

Doktrin dari pemikiran Jabbariyyah seperti yang dikemukakan oleh Ja’ad bin Dirham adalah sebagai berikut: “Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri. Tidak mempunyai pilihan, manusia dalam perbuatannya dipaksa, tidak ada kekuasaan, kemauan atau pilihan.”

Teologi Calvinisme

John Calvin seorang teolog asal Prancis yang mengembangkan pemikiran St. Agustinus berkaitan dengan apa yang dikenal sebagai predestinasi ganda. Berbeda dengan Agustinus, Calvin tampak mengabaikan sama sekali kehendak bebas yang ada pada manusia. Artinya Calvin mengakui bahwa baik dan buruk perbuatan manusia merupakan kehendak Tuhan. Dikutip dari tulisan pendeta Eric Chang, Calvin menulis dalam Concerning the Eternal Predestination of God, “Tak diragukan lagi bahwa kehendak manusia tak menolak kehendak Allah.” Dan Calvin juga menulis, “Allah bekerja di dalam hati manusia untuk mengarahkan kehendak mereka menurut kehendak-Nya, entah untuk hal yang baik….atau yang jahat.”

Ada pun tempat akhir manusia, manusia sendiri juga tidak bisa berkehendak. Semuanya adalah kehendak Tuhan. Tuhan lah yang menentukan mana yang masuk golongan-Nya—diselamatkan—atau diputuskannya untuk berbuat buruk dan akan dihukum. Hal ini, walau terlihat tidak adil, sah-sah saja, sebab Tuhan Maha Kuasa.

 

Editor: Ahmed Zaranggi

Sumber Rujukan:

Dr. Jamaluddin,M.Us & Dr. Shabri Shaleh Anwar, Mpd. I, Ilmu Kalam Khazanah Pemikiran dalam Islam tapi (Indragiri Hilir: PT. Indragiri Dot Com, 2020)

Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme  (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2019)

A.G. Purnama, “Perjalanan Jiwa Menuju Allah” Gagasan Agustinus Sebagai Titik Pendamai Orientasi Baru, Vol. 16, No. 1, April, 2007

Thio Christian Sulistio & Esther Gunawan, Perbandingan Konsep Teodise John Calvin dan C.S. levis Serta Relevansinya terhadap Sikap Fatalistik dalam Menghadapi Covid 19, Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Volume 6, Nomor 1 (Oktober 2021).



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

One thought on “Tentang Predestinasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × three =