Filsafat adalah jalan terbaik untuk mengoptimalkan daya berpikir manusia. Melalui filsafat manusia dapat mengetahui apa itu pikiran, cara kerjanya, serta trik untuk berpikir yang baik dan benar. Artinya, filsafat layak dipelajari oleh manusia yang ingin memperbaiki dan menyempurnakan pikirannya. Ada dua sisi filsafat yang penting untuk dipahami.

Alat dan Produk Pikiran

Mempelajari filsafat tidak mungkin dilepaskan dari pikiran manusia. Baik itu cara berpikir maupun produk pikirannya. Dari sini filsafat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, filsafat sebagai alat untuk berpikir (as a tool). Kedua, filsafat sebagai produk dari pikiran manusia (as a product).

Filsafat sebagai alat berpikir bertugas memandu pikiran manusia. Panduan filsafat mengarahkan manusia untuk berpikir secara tertib, jernih, menyeluruh dan mendalam. Jika pikiran manusia sejalan dengan panduan filsafat, maka ia sudah melakukan proses yang disebut dengan berpikir filosofis.

Selanjutnya, cara berpikir yang filosofis akan menghasilkan beragam ide, gagasan dan pemikiran. Hasil dari proses ini juga disebut dengan filsafat dari sisi produk. Pikiran-pikiran semacam inilah yang lahir dari para filsuf. Maka mempelajari pikiran mereka termasuk dalam kajian filsafat.

Memahami Filsafat Secara Proporsional

Dua sisi filsafat ini merupakan dasar kita untuk memahami kajian filsafat. Konsep dasar ini membantu kita untuk melihat filsafat secara tepat dan proporsional. Pasalnya, mereka yang menolak filsafat seringkali tidak dapat membedakan dua sisi ini. Mereka terjebak pada produk-produk filsafat yang dianggap menyimpang, sesat bahkan menyesatkan.

Penolakan ini wajar terjadi karena produk filsafat juga lahir dari aliran-aliran yang beragam. Selain itu, cirinya yang kritis dan mendalam membuat filsafat semakin dianggap mengancam keyakinan yang sudah mapan. Untuk itu, penolakan terhadap filsafat secara keseluruhan tanpa mendudukkan dua sisi filsafat merupakan sikap yang serampangan.

Kita boleh saja menolak ragam pemikiran para filsuf, tapi bukan berarti menolak filsafat secara keseluruhan apalagi mengharamkannya. Hal ini sama lucunya dengan kita menolak pernihakan hanya karena kita menemukan beberapa pernikahan yang berujung gagal dan hancur. Apalagi sampai mengharamkan pernikahan, tidak tertib secara logika bukan? Di sini arti penting mendudukkan filsafat secara porsional dan proporsional.

Mungkinkah Menolak Filsafat?

Di sisi lain, mereka yang menolak filsafat pun juga menggunakan kaidah dan cara berpikir yang argumentatif. Penolakan ini didukung oleh premis dan dasar tertentu, terlepas premis dan argumen tersebut benar atau salah mereka juga telah berpikir filosofis secara tidak sadar. Karena itu, mereka sebenarnya menolak sebagian produk pemikiran filsafat bukan menolak filsafat sebagai cara berpikir.

Alih-alih menghancurkan filsafat, penolakan mereka justru semakin menguatkan posisi dan peran filsafat. Mereka yang menolak filsafat pun juga menggunakan cara berpikir yang kritis, tertib dan mendasar. Artinya mereka tidak akan mungkin menolak filsafat sebagai alat berpikir, tapi hanya menolak filsafat sebagai produk pikiran para filsuf.

Mendudukkan filsafat sebagai alat berpikir dan sebagai produk pikiran dapat menjernihkan sikap kita terhadap filsafat. Sehingga kita tidak jatuh dalam kesalahan berpikir dan bersikap. Memilah dan memahami filsafat dengan dua sisi seperti ini juga termasuk implementasi dari berpikir yang filosofis.

Alhasil, semoga tulisan ini dapat memprovokasi kita untuk terus mempelajari filsafat. Dengan begitu, selanjutnya kita akan tekun dalam berpikir secara filosofis serta bersikap penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan.

 

Editor: Krisna Putra Pratama



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

One thought on “Dua Sisi Filsafat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 2 =