Sebagai produk kegiatan akal budi tingkat dua, proposisi dan premis menjadi penting guna menyusun argumen. Dalam logika, premis disusun untuk menentukan kesimpulan agar kita tidak jadi agen informasi bohong atau hoaks. Penyebar hoaks biasanya mengambil kesimpulan saja tanpa tahu bagaimana menghasilkan kesimpulan yang benar. Untuk mencapai kesimpulan kita harus mengetahui premis-premis sebelumnya.
Rumus Premis:
Premis 1: P→Q
Premis 2: P
Kesimpulan: Q
Memahami Premis dan Proposisi
Premis merupakan pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Sedangkan proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan salahnya. Biasanya kalimat tersebut berbentuk kalimat deklaratif.
Proposisi identik dengan sintaksis, yaitu susunan kalimat yang memiliki unsur subjek, predikat dan kopula. Proposisi menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya setelah melalui aprehensi sederhana. Misalnya, saat akal budi memahami esensi sesuatu tanpa mengiyakan atau menyangkal. Dalam proposisi, konsep tersebut disusun menjadi sebuah keputusan, dalam arti mulai melakukan afirmasi atau negasi terhadap subjek atau predikat.
Memahami Argumen
Argumen merupakan pernyataan kesimpulan berdasarkan premis logis. Argumen adalah produk dari penalaran. Pernyataan itu bisa berupa bukti, teori atau data. Selain aspek korespondensi, dalam menyusun argumen aspek koherensi pun penting. Validitas argumen dalam filsafat tergantung pada keakuratan dan kebenaran premis.
Simak premis dalam silogisme berikut:
- Semua manusia fana [Premis mayor]
- Socrates manusia [Premis minor]
- Karena itu Socrates fana [Kesimpulan]
Proposisi Kategoris
Proposisi kategoris merupakan bagian dari logika. Kategori dalam hal ini gunanya agar pernyataan menjadi jelas dan menghindari salah faham serta tidak menimbulkan ambiguitas. Contohnya:
“Semua manusia itu fana”
Quantifier: semua
Term subjek: manusia
Kopula: itu
Term predikat: fana
Proposisi kategoris berkaitan dengan metafisika sebab mengandung jawaban dari pertanyaan apa itu, what is it? Guna menemukan kategori atau kelompok sesuatu perlu observasi sebelum kita ekspresikan atau komunikasikan dengan bahasa. Apa yang kita ucapkan atau kita data bisa dibagi dalam kategori. Misalnya, Manusia adalah makhluk berakal budi.
Proposisi Analitik dan Sintetik
Analitik dan sintetik masuk ke ranah semantik. Analitik berhubungan dengan makna yang ada dalam subjek/predikat (a priori). Sementara sintetik berhubungan dengan kesesuaian realitas (a posteriori). Misalnya:
- Kasturi itu buah (analitik)
- Kasturi itu harum (sintetik, bisa diketahui empiris atau tidak)
- Proposisi analitik makna predikatnya sudah terkandung dalam makna subjek.
- Proposisi sintetik predikatnya membawa sesuatu yang baru pada subjek.
Pengetahuan adalah apa yang bisa kita ketahui dengan akal budi dan apa yang bisa kita ketahui melalui proses empiris. Dimulai sejak era Yunani Klasik saat Thales (624 SM-548 SM), saat ia beralih dari mitos kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Logika sebagai ilmu disistematisasi oleh Aristoteles dalam logika klasiknya.
Editor: Ahmed Zaranggi
Referensi:
Mundiri. Logika. 2020. Depok: Rajawali Pers.
Anwar Fachrudin, Aziz. Mantiq. 2021. Yogyakarta: IRCiSod.
Soekadijo, R.G. Logika Dasar: tradisional, simbolik dan induktif. 2018. Jakarta: Gramedia.
Kant, Immanuel. Kritik atas akal budi praktis. Nurhadi. 2018. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
This article is under the © copyright of the original Author:
(Zona-Nalar)
Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.