Penulis: Gigih Saputra
Editor: Murteza Asyathri

Teori Sistem Kritik Ateisme (TSKA) adalah teori bantahan atas ateisme yang diklaim secara sistemik. TSKA adalah konsekuensi logis dari Teori Sistem Argumen Kosmo-Teleologi (TSAKT). Perbedaannya adalah TSKA menitikberatkan pada kritik terhadap ateisme dan TSAKT menekankan pada argumen eksistensi Tuhan. TSKA menjelaskan kelemahan ateisme mulai dari paradigma epistemologi dan ontologinya yang ditopang oleh materialisme-empirisme-positivisme sebagai paradigma yang sangat reduksionis. 

Jika TSAKT menunjukkan keterbatasan dapat menjelaskan kausalitas, keteraturan, dan kekacuaan, maka TSKA menjelaskan bahwa ketakhinggaan gagal menjelaskan kausalitas, keteraturan, dan kekacauan. Beberapa kelemahan  ketakhinggaan semisal:

  1. Tidak dapat menjelaskan hakikat kausalitas;
  2. Tidak dapat menjelaskan gradasi kausalitas superlatif yang menunjukkan adanya keterbatasan.
  3. Hal itu berkonsekuensi pada ketidakmampuan dalam menjelaskan perbandingan/komparasi karena perbandingan satu sama lain memiliki patokan superlatif semisal yang paling terang sebagai patokan komparasi satu sama lain.

Kegagalan ketakhinggaan menjelaskan kausalitas berefek pada ketidakmampuan menjelaskan keteraturan karena menolak adanya goal/garis akhir/tujuan menyebabkan unsur-unsur pembentuk sistem tidak memiliki arah. Konsekuensinya, tidak terjadi pola siklus keteraturan. Hal itu berkonsekuensi pada kegagalan dalam menjelaskan kekacauan sebagai konsekeunsi penurunan keteraturan terlebih memuncak pada keberakhiran. Kesimpulannya, ateisme gagal menjelaskan prinsip-prinsip realitas. Hal itu berkonsekuensi negatif pada teori-teori kosmologi ateisme yang mengandalkan pada ketakhinggaan alam seperti teori-teori Multiverse.

Ada beberapa kelemahan Multiverse sebagai berikut:

  1. Tidak memiliki bukti sedikitpun dan paradigmanya bergeser dari positivisme mejadi lebih idealisme karena tidak menuntut bukti tapi menuntut untuk percaya akan penjelasan matematisnya;
  2. Untuk menjelaskan satu alam semesta memerlukan penjelasan jumlah alam yang tak hingga dimana itu boros penjelasan dan bertentangan dengan umur alam yang terbatas;
  3. Melanggar universalitas karena manusia semakin menggali pola paling dasar fisika jsutru bukan makin sederhana, namun makin kompleks tak terhingga;
  4. Tidak dapat menjelaskan kekacauan yang semakin bertambah yang tak mungkin dikembalikan lagi menjadi keteraturan.

Antar teori ateisme kosmologis juga saling bertentangan semisal antara infinite regress dan Multiverse. Infinite Regress menjelaskan kausalitas tak hingga bahkan immaterial di satu sisi Multiverse tidak mengizinkan eksistensi immaterial. Itu menjadi salah satu kritik fundamental atas pemikiran Hawking. Artinya, pemikiran ateisme sangat rapuh dari fondasi hingga teori-teorinya bahkan terdapat kontradiksi sistemik dalam menjelaskan realitas. Berdasarkan semua kajian tersbeut, saya memperediksi masa depan argumen-argumen ateistik tidak akan berkembang dan temuan-temuan saintifik tidak akan pernah mendukung klaim-klaim ateisme.

Sisi teoritik TSKA dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Sistem konsep: Ketakhinggan gagal menjelaskan realitas secara sistemik;
  2. Pola generalsiasi: Ketakhinggaan tak dapat menjelaskan kausalitas, keteraturan, dan kekacauan serta kontradiksi sistemik antar teori ateisme;
  3. Temuan-temuan sains tidak akan pernah mendukung ateisme dan stagnasi argumen ateisme di masa depan. 

Sisi kebaruan dan keunikan TSKA ini terletak pada:

  1. Konsistensi dengan TSAKT sebagai konsekuensi logis;
  2. Mengkritik ateisme kosmologis secara sistemik dan total;
  3. Menjawab semua keberatan ateisme kosmologis tentang argumen eksistensi Tuhan.

Konsekuensi logis lain TSKA dan TSAKT adalah melemahkan pemikiran agnostisisme karena meragukan kemampuan akal pikiran untuk memastikan mana yang benar antara teisme dan ateisme. Keduanya mustahil sama-sama kuat. Keterhinggaan dan ketakhinggaan tidak bisa keduanya sama-sama benar. Ke depan kritik atas agnostisisme tetap perlu dilanjutkan dan disusun lebih sistemik lagi.

Referensi

Hawking, Stephen. Sejarah Singkat Waktu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.

____ The Grand Design. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. 

Ijjas Anna & Paul Steinhardt. “Bouncing Cosmology Made Simple”.

Classical and Quantum Gravity, Vol.35, No.13 2018.

Kantoun, Eleni & Olum, Ken. “Energy Conditions Allow Eternal Inflation”.

Journal of Cosmology and Astroparticle Physics, 2020.

Kofman, Lev & Linde, Andre & Mukhanov. “Inflationary Theory and Alternative

Cosmology”. Journal of High Energi Physics, Vol. 2002 November, 2002.

Kohli, Ikjyot & Haslam, Michael “Mathematical Issues in Eternal Inflation”.

Classical and Quantum Gravity, Vol.32 No.7 2015.

Saputra, Gigih. Rekonstruksi Teori Sistem Argumen Kosmo-Teleologi dan Kritik Sistemik atas Ateisme. Surabaya: UINSA, 2023

Tegmark, Max.  “Is The Theory of Everything Merely the Ultimate Ensemble Theory?”. 

Annuals of Physics, Vol.270, Issue.1 November, 1998.

Turok, Neil. The Endless Universe: Beyond the Big Bang. New York: Doubleday, 2007.





This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five + 2 =