Published On
Categories

Teori Sistem Kosmo-Teleologi tidak diklasifikasikan dalam aliran “Argumen Kosmologi ataupun Argumen Teleologi”. Hal itu disebabkan kedua aliran tersebut cenderung mementingkan aspek kausalitas atau keteraturan saja; dengan kata lain tidak membentuk sistem terpadu.  

Penelitian ini berangkat dari masalah perdebatan antara teisme dan ateisme yang berlangsung sepanjang zaman. Perdebatan tersebut menyisakan beberapa kesenjangan teoritis yang bersifat mendasar karena berkaitan dengan tema ketuhanan dan asal-usul alam.

Kesenjangan pertama, argumen-argumen eksistensi Tuhan tidak membentuk sistem karena antar argumen saling bertentangan dan berdiri sendiri. Misalnya, dalam argumen kebaruan alam dan gerak abadi. 

Kedua, evaluasi-evaluasi mendasar pada argumen kosmologi dan teleologi yang kurang membongkar hakikat realitas dan konstruksi prinsip-prinsip realitas. Misalnya, argumen teleologi yang kurang menjawab seputar keterbatasan atau ketakhinggaan kausalitas. 

Ketiga, integrasi filsafat-sains yang kurang berimbang dan kurang mendalam karena di satu sisi lebih mendalam pada argumen filosofisnya dan sebaliknya. Misalnya, para saintis yang mengandalkan Big Bang, namun kurang memiliki analisis filosofis.

Argumen kosmologi menekankan pada asal-usul segala sesuatu yang menunjukkan kebutuhan alam terhadap peran penciptaan dari Tuhan, sehingga Tuhan terbukti ada. Argumen kosmologi memiliki beberapa aliran yaitu kontingensi, kausalitas, gerak alam, dan kebaruan alam. Adapun keberatan terhadap argumen kosmologi terutama berkenaan dengan kausalitas tak hingga. Aliran-aliran argumen kosmologi terbukti kurang menyentuh sisi hakikat terdalam realitas dan kurang konstruktif-sistematis dalam merekonstruksi prinsip-prinsip realitas sehingga mengalami berbagai kesulitan filosofis, serta kurang terintegrasi dengan sains modern.

Sementara itu, argumen teleologi memiliki premis berkenaan dengan tujuan, fungsi-kedudukan unsur alam, kombinasi unsur pembentuk keteraturan yang tidak bisa diacak, dan kompleksitas yang terwujud dalam keteraturan yang menakjubkan. Keberatan-keberatan terhadap argumen teleologi berupa fakta kekacauan yang semakin meningkat, masalah kemunduran tak hingga, identitas Perancang Cerdas, dan tantangan dari kosmologi alam semesta jamak atau ketakhinggaan alam. 

Integrasi Filsafat-Sains dan Eksistensi Tuhan

Sejak awal kronologi alam semesta, khususnya pada Planck Era, menunjukkan keberawalan alam yang mana mekanisme alam semesta tidak bisa ditarik mundur lebih jauh lagi secara saintifik karena hukum-hukum fisika runtuh. Perkembangan alam yang bertahap dari ukuran teramat kecil dan mengalami pengembangan hingga terpisahnya gaya-gaya dasar, menunjukkan perkembangan dari keberawalan menuju kemapanan yang diiringi dengan degradasi kadar keteraturan. Akhirnya, kekacauan justru bertambah seiring waktu. 

Maka langkah berikutnya adalah tafsiran penciptaan dari tiada yang utamanya terbukti secara filosofis dan ditunjang oleh mekanisme saintifik teori Big Bang yang menunjukkan keruntuhan hukum-hukum fisika sebelum Planck Era. Kata ‘sebelum’ tidak selalu digunakan untuk menjelaskan urutan dalam waktu, namun bisa juga menjelaskan urutan kausal.

Keterbatasan kausalitas di luar alam menunjukkan kebutuhannya terhadap eksistensi Immaterial yang tentu tidak terikat kausalitas dan bukan alam itu sendiri. Dialah eksistensi yang kuasa menyebabkan segala sesuatu yang berbeda dengan eksistensi lain sehingga wajar Dia Esa atau tiada yang menyamainya. Dia tidak jamak, memiliki kekurangan, kebutuhan, perubahan, ketergantungan, keteraturan, kekacauan dan segala identitas relatif. Penyebab Pertama ini bukanlah eksistensi yang terikat perbandingan komparatif dan superlatif serta dapat ditanyakan lagi penyebabnya. Penyebab Pertama itu yang familiar disebut dengan Tuhan Yang Maha Esa. 

Pada tahap ini, dapat disimpulkan bahwa Tuhan terbukti ada secara rasional. Konsekuensi adanya Tuhan adalah tentu adanya alam ini sebagai rentetan kausalitas yang terbatas, sehingga wajar saja alam ini tercipta, berproses dengan keteraturan dan kekacauan lantas berakhir. Jika tidak demikian, maka penalaran manusia akan jatuh pada ketakhinggaan yang tidak realistis.

Tabel Distingsi Teori Sistem Argumen Kosmolo-Teleologi

Argumen-Argumen KosmologiSistem Argumen Kosmo-TeleologiArgumen-Argumen Teleologi
Berkaitan dengan asal-usul alam.Berkaitan dengan asal-usul segala sesuatu setidaknya secara umum.Berkaitan dengan asal-usul alam.
Cenderung mengabaikan kemungkinan rangkaian kausalitas immaterial dalam kajian asal-usul alam.Fokus membuktikan keterbatasan alam dan kemungkinan kausalitas immaterial.Tidak dapat menjawab persoalan infinite regress.
Ada usaha mengungkap hakikat realitas, walaupun seringkali mengalami tumpang tindih antar prinsip-prinsipnya.Hakekat realitas adalah kekurangan yang mendasari dan membingkai prinsip kebutuhan, ketergantungan, keteraturan, dan kekacauan.Mengabaikan masalah keterbatasan atau ketakhinggaan kausalitas.
Kurang radikal dalam mengungkap hakekat realitas. Contohnya argumen kontingensi sebagai arus utama yang menekankan ketergantungan sebagai hakikat.Radikal dalam mengungkap hakekat kausalitas, keteraturan, dan kekacauan.Mengabaikan fakta kekacauan yang semakin bertambah
Tidak memperhatikan aspek keteraturan dan kekacauan.Konstruksi sistemik antara kausalitas, keteraturan, dan kekacauan.Tidak ada konstruksi antara keteraturan dan kausalitas.
Beberapa aliran mengizinkan ketakhinggaan alam seperti pemikiran Ibn Rushd.Konsisten pada posisi keterhinggaan.Beberapa aliran mengizinkan ketakhinggaan alam seperti pemikiran Isaac Newton.
Identitas Tuhan begitu beragam mulai Pencipta, Penggerak Abadi, dan Eksistensi yang memancarkan alam/emanasi.Konsisten identitas Tuhan sebagai Pencipta.Ada beberapa versi mengizinkan alien sebagai desainer alam dan sebagian menyatakan Tuhan.

Teori sistem argumen memenuhi kaidah-kaidah sebagai teori sebagai berikut:

  1. Sistem konsep-konsep: Terdapat sistem yang menyatukan kajian seluk-beluk kausalitas, keteraturan, dan kekacauan dalam kesatuan sistem terpadu;
  2. Generalisasi pola: Hal itu meliputi tentang kajian hakekat kausalitas, hakekat keteraturan, hakekat kekacauan, dan hubungan sistemik diantara ketiganya;
  3. Prediksi: alam semesta memiliki awal dan akhir serta kelemahan-kelamhan ketakhinggaan alam yang berefek pada kelemahan kosmologi ateistik.

Teori Sistem Argumen Eksistensi Tuhan menunjukkan bahwa eksistensi Tuhan dapat dibuktikan dengan mengandalkan penalaran akan keterbatasan segala sesuatu, serta keteraturan dan kekacauan yang mendukung keterbatasan. Penulis mengandalkan prinsip keterbatasan untuk mengkonstruksi prinsip-prinsip realitas yang berkonsekuensi pada keterbatasan segala sesuatu, baik di alam maupun luar alam. Hal tersebut berujung pada kesimpulan adanya Penyebab Pertama/Tuhan. Teori sistem argumen juga tidak bisa diklasifikasikan pada aliran-aliran teleologi maupun kosmologi yang banyak dikenal sejauh ini. Sistem ini menjadi teori baru dan sebagai world view yang komprehensif dalam konteks ketuhanan.

Penulis: Gigih Saputra

Editor: Wa Ode Zainab Zilullah T

Referensi:
Bakker,  Anton & Zubair, Achmad Charris. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Guessoum, Nidhal. Islam’s Quantum Question , Reconciling Muslim Tradition and Modern

Science. London: LB. Taurus, 2011.

Hawking, Stephen. Sejarah Singkat Waktu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Hawking Stephen & Mlodinow, Leonard. The Grand Design, New York: Bantam Books, 2010.

Kindī, (al). Fî Wahdâniyah Allah wa Tanâhi Jirm al-Alam dalam Abu Riddah (ed),

Rasâil al-Kindī al-Falsafiyah. Mesir: al-I‟timad, 1950.

Koons, Robert. “A New Look at the Cosmological Argument”. American Philosophy Quarterly, 34(2) 1997.

Kreeft, Peter. Because God Is Real. San Fransisco: Ignatius Press, 2008.

__________Faith and Reason: The Philosophy of Religion. Boston: Recorded Book LLC, 2005.

Lane Craig, William. Five Argumens for God. London: The Christian Evidence, 2016.

Rushd,  Ibn. Al-Kasyf „an manāhij al-Adillah fî „Aqāid al-Millah, Beirut: Dar al-Afak al-Jadidah,1978.

_____________Tahafut at-Tahafut, dalam Sulaiman Dunya (Ed), Kairo: Dar al-Ma‟arif, ll9 H.

Sīnā, Ibn. Al Najat. Kairo: Musthafa al-Baby al-Halaby, 1938.



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 − 16 =