Kesadaran palsu merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Karl Marx yang kemudian diperluas oleh ahli teori sosial yang datang setelahnya. Kesadaran palsu adalah persepsi tentang hubungan seseorang dengan sistem sistem sosial dan ekonomi yang bersifat individual. Selain itu juga merupakan kegagalan untuk melihat diri sendiri sebagai bagian dari kelas dengan kepentingan tertentu relatif terhadap tatanan ekonomi dan sistem sosial.

Kesadaran Palsu Dalam Kelas Masyarakat

Terbentuknya kelas-kelas sosial sangat erat kaitannya dengan materialisme historis. Dimana kemampuan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung pada keterlibatan mereka dalah hubungan sosial dengan orang lain. Kemudian mengubah lingkungan yang material melalui kegiatan produktifnya. Kelas-kelas akan muncul apabila hubungan-hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja antara ploretariat dan borjuasi.

Sebuah contoh bagaimana hegemoni budaya bekerja untuk menghasilkan kesadaran palsu yang benar. Secara historis hingga hari ini merupakan keyakinan bahwa mobilitas ke atas itu mungkin bagi semua orang terlepas dari lahiriyah mereka. Dengan catatan, selama mereka memilih untuk mendedikasikan diri pada pendidikan dan kerja kelas. Keyakinan ini kemudian dikemas dengan sebuah impian. Memandang masyarakat dan tempat seseorang di dalamnya berdasarkan seperangkat asumsi yang berasal dari pikiran akal sehat lalu menghasilkan persepsi individu sebagai bagian dari persepsi kolektif.

Sistem kelas ini akan barlangsung selama para pekerja tidak mengakui kesatuan mereka sebagai kelas buruh dan kepentingan ekonomi politik bersama. Serta kekuatan yang melekat pada jumlah mereka. Menurut Marx, ketika pekerja memahami totalitas faktor-faktor ini, mereka akan mencapai kesadaran kelas. Pada gilirannya, hal ini akan mengarah pada revolusi pekerja yang akan menggulingkan sistem kapitalis.

Masalah Kesadaran Palsu

Pada dasarnya kesadaran palsu bersifat individual yang mengahasilkan pandangan menganai diri sendiri sebagai satu kesatuan yang terlibat dalam persaingan dengan orang lain. Dan bukan sebagai bagian dari kelompok dengan pengalaman terpadu, perjuangan dan kepentingan.

Karl Marx melihat bahwa kesadaran palsu sebagai produk dari sistem sosial yang tidak setara yang dikendalikan oleh minoritas elit yang kuat. Kesadaran palsu di antara pekerja menjadi penghalang untuk melihat kepentingan dan kekuasaan koletif yang diciptakan oleh ideologi yang mengontrol sistem dan sosial.

Kemudian Antonio Gramsci memperluas komponen ideologis dari kesadaran palsu tersebut dengan menyatakan bahwa proses hegemoni budaya yang dipandu oleh pemegang kekuatan ekonomi, sosial, budaya di masyarakat menanamkan status quo dengan egitimasi. Gramsci mencatat bahwa dengan mempercayai akal sehat usia seseorang sebenarnya menyetujui kondisi eksploitasi dan dominasi. Akal sehat ini kemudian memunculkan ideologi yang meghasilkan kesadaran palsu merepresentasikan kesalahpahaman tentang hubungan sosial yang menetukan sistem ekonomi, sosial dan politik.

Sebenarnya, kelas ekonomi merupakan penentu utama secara ekonomi sebagai orang dewasa. Namun, selama masih mempercayai mitos tersebut, seseorang akan terus hidup dan beroperasi dengan kesadaran palsu. Pengaruh ideologi sangat berhubungan dengan kesadaran kelas. Karena pengaruh sebuah ideologi dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran penuh terhadap kepentingan-kepentingan kelas. Implikasinya untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur yang telah ada. Kesadaran ini sebenarnya dapat digantikan oleh kesadaran kelas yang benar dengan cara kesengsaraan yang diderita secara bersama-sama.

Munculnya Kesadaran Kelas

Kesadaran kelas adalah kesadaran akan kelas sosial ekonomi seseorang relatif terhadap orang lain, serta pemahaman tentang peringkat kelas ekonomi yang berada dalam konteks masyarakat yang lebih besar. Selain itu kesadaran kelas melibatkan pemahaman tentang karakteristik sosial ekonomi. Hal ini kemudian menentukan kepentingan kolektif dalam kontruksi tatanan sosial, ekonomi dan politik.

Kesadaran kelas muncul karena adanya rasa kesengsaraan yang di alami oleh sesama, khususnya bagi kaum ploretar. Kesadaran kelas diperoleh oleh kaum ploretar pada akhirnya akan membentuk jaringan komunikasi untuk menjelaskan kepentingan bersama kaum ploretar. Jaringan komunikasi ini kemudian membantuk suatu organisasi yang berbentuk serikat yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

 

Editor: Ahmed Zaranggi

Referensi:

Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx. Jakarta: Garamedia Pustaka, 2001.

https://www.tughtco.com/class-consciusness-3026135



This article is under the © copyright of the original Author: Please read "term and condition" to appreciate our published articles content. Thank you very much.
(Zona-Nalar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − 9 =